Label

Kamis, 20 Desember 2012

SENGKARUT HARI BISNIS



Suasana business day (Dok.Ist)

Tidak pernah belajar dari pengalaman. Hal itu menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kegiatan business day yang diadakan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta pada Kamis, 19 Desember 2012 bertempat di kompleks Pendopo Tedjokusumo.  Business day merupakan agenda untuk mewadahi para mahasiswa yang menempuh mata kuliah kewirausahaan dan menjadikan proyek ini sebagai tugas akhir.
Permasalahan agenda ini sebenarnya terjadi sejak sehari sebelumnya, yaitu tanggal 18 Desember 2012, saat panitia mengadakan acara technical meeting. Belum adanya fiksasi jumlah kelompok sampai ploting tempat yang sempat menimbulkan perdebatan. TM yang tidak didampingi dosen atau bahkan perwakilan dari dekanat ini disayangkan oleh sebagian besar panitia. Mereka menyayangkan bahwa fakultas terkesan lepas tangan dengan agenda ini. Mahasiswa menimpali, bahwa proyek ini seharusnya dipersiapkan dengan baik oleh fakultas mulai dari tempat, waktu, sarana prasarana, hingga susunan kepengurusan.

TOIM UNGGULI MADANI



Hasil penghitungan suara KPU FBS

       Pemilwa FBS telah berakhir pada tanggal 19/12/2012 pukul 20:30 WIB. Penghitungan surat suara juga usai digelar semalam. Penghitungan surat suara calon ketua dan wakil ketua BEM FBS periode 2012-2013 sudah melahirkan pemimpin baru, menggantikan Arda-Sirot. Penghitungan ini dilakukan oleh KPU FBS dan para saksi dari kedua pihak.           
        Dari lima TPS (tempat pemilihan suara) yang tersebar di berbagai sudut kampus FBS
, kedua calon mendapatkan suara yang selisihnya tidak terlalu jauh. Dari kelima TPS tersebut, Toim (Tommy dan Daim) meraih suara di TPS pertama (Lab. Karawitan) 60 suara, TPS kedua (Gedung C.15) 152 suara, TPS ketiga (di depan Stage Tejokusumo ) 122 suara, TPS keempat (GK.1) 187 suara, dan TPS kelima (PKM) 61 suara dengan total keseluruhan 582 suara.                
        
Sedangkan Madani (Armada dan Aini) meraih suara di TPS pertama (Lab. Karawitan) 36 suara, TPS kedua (Gedung C.15) 98 suara, TPS ketiga (di depan Stage Tejokusumo ) 119 suara, TPS keempat(GK.1) 126 suara, dan TPS kelima(PKM) 64  suara dengan total keseluruhan 443 suara. Adapun surat suara yang tidak sah sebanyak 84 suara dari total 1109 surat suara yang berhasil dihitung.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasangan Toim (Tommy dan Daim) unggul dan berhak menjadi ketua dan wakil ketua BEM FBS UNY periode 2012-2013. (Rio)

Selasa, 18 Desember 2012

DEBAT CALON KETUA DAN WAKIL BEM FBS 2013

WD II: Jawaban Belum Optimal

Dua pasang kandidat calon ketua dan wakil BEM FBS tahun 2013 dipertemukan dalam acara debat terbuka pada Senin, 17 Desember kemarin. Acara yang bertempat di suang seminar, PLA lantai III ini berlangsung sekitar tiga setengah jam. Debat menghadirkan 11 panelis yang meliputi DEKAN FBS, WD II FBS, wakil dari WD III FBS, ketua DPM, dan mantan ketua BEM tahun 2009, 2010, dan 2011.
Tujuan diadakannya debat tersebut adalah untuk mengetahui kapasitas dari masing masing calon, terkait visi dan misi yang diusung masing-masing kandidat. Acara tersebut diharapkan mampu menggali kapasitas sekaligus sebagai ruang komunikasi antar kandidat, panelis dan juga mahasiswa umumnya, sehingga masyarakat FBS dapat berpartisipasi memilih pemimpin mereka nanti.

Ruangan Debat Eksklusif
                Mengingat jumlah mahasiswa FBS tergolong besar, maka diperlukan tempat yang lebih luas atau setidaknya terbuka untuk melakukan sosialisasi.hal ini bertujuan, supaya sosialisasi dapat menjangkau mayoritas masyarakat FBS. PLA lantai tiga dianggap terlampau eksklusif untuk acara debat terbuka. Menanggapi hal ini, Hapsari, selaku ketua panitia menolak anggapan tersebut.
“Kalau menurut saya ini gak eksklusif ya. Ini juga merupakan ruangan publikasi yang disediakan oleh FBS. Ini sebenarnya pilihan terakhir kami. Kami sebenarnya ingin di Tejo tapi di sana sudah penuh dengan anak seni tari, misal di depan DPR  atau GK IV atau di ruang-ruang yang benar-benar terbuka kami takutnya hujan, nah sedangkan kalau di PKM lantai dua pun itu juga kurang mencukupi, jadi ya pilihan terakhir kami di sini,” paparnya.

Waktu Debat Terbatas
Kandidat hanya mendapatkan alokasi waktu selama 5 menit untuk menjawab pertanyaan panelis dan peserta.  Waktu tersebut dirasa kurang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, alhasil gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh masing-masing calon kurang maksimal.
“Kalau terkait gagasan saya pribadi merasa belum tersampaikan karena terbataskan waktu dan tempat” ujar Tommy menanggapi.
“ Ya tergali tapi belum optimal. Dari pertanyaan saya yang konkrit tapi mereka masih melihat organisasi BEM yang dilakukan hanya organisasinya saja tapi jangan lupa UNY itu koor pendidikan, bagaimana mereka mendidik diri sendiri dan dan teman-temannya belum nampak. Mendidik dari segi akademik, nonakademik, dan religinya. Religinya sepertinya tadi belum nampak sama sekali” komentar Wakil Dekan II, Drs. Sudarmaji, M. Pd yang ditemui seusai menjadi panelis. 

Tommy VS Armada
         Baik Tommy maupun Amada, saling menunjukkan performa dan pandangan-pandangan mereka tentang masa depan FBS. Bukan hanya sekedar sosialisasi visi misi, mereka juga harus perang argumen mengenai pengentasan masalah yang timbul di FBS. Sayangnya, Tommy terlihat belum maksimal. Kegugupannya secara langsung diungkapkan di depan forum ketika menjawab pertanyaan.
Sementara itu, Aini yang merupakan calon wakil ketua BEM dari Armada. Pencalonannya kali ini boleh jadi dilandasi dukungan yang kuat, karena Aini telah aktif di kepengurusan BEM selama dua periode. Berbeda dengan Aini, Tommy merupakan ketua Ospek universitas tahun 2012. Keduanya memiliki kans yang seimbang.
Hasil debat kemarin bukan menjadi hasil putusan siapa ketua dan wakil BEM FBS tahun 2013, yang menentukan tetap jumlah pemilih nantinya yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 Desember. Pemilu tanggal 19 itulah yang memperlihatkan hasil akhir. Lima TPS akan dibuka untuk menampung suara dari masyarakat FBS, kelima TPS tersebut meliputi depan C15, Lab Karawitan, GK I, Pendopo Dtejokusumo dan PKM. TPS tersebut akan melayani pemungutan suara dari pukul 09.00 hingga 16.00. (sel)

Jumat, 02 November 2012

WORKSHOP JURNALISTIK LPPM KREATIVA FBS UNY



LPPM Kreativa FBS UNY mengadakan workshop jurnalistik bertemakan “Belajar Jurnalistik Penuh Inspiratif”. Bertempat di Lab. Budaya, Gedung Kuliah 1 Lt. 2 FBS UNY, acara ini diisi oleh Sunudyantoro, Ka. Biro TEMPO dan Tommy Apriando, salah satu wartawan Mongabay. Emy Lestari Istianah, selaku panitia acara mengatakan, bahwa acara yang diadakan dari tanggal 3-4 November ini bertujuan untuk memberikan wawasan lebih mendalam mengenai jurnalistik. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada para mahasiswa, khususnya yang tertarik di bidang jurnalistik.
Workshop ini mengulas banyak tentang teknik reportase, langkah-langkah penulisan, kode etik jurnalistik, politik keredaksian, dan juga studi kasus. Untuk menambah inspirasi dan motivasi peserta terkait penulisan di media, panitia juga menghadirkan Dhewiberta Hardjono, salah satu editor Bentang Pustaka.

Selasa, 30 Oktober 2012

MAHASISWA KANGEN SEMINAR YANG GRATIS


Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) terkenal dengan spirit kultural mahasiswanya yang kuat, seperti melestarikan budaya berbatik, ramainya latihan tari di Pendopo Tedjokusumo, alunan gamelan dari lab karawitan, atau gema musik dari mahasiswa seni musik yang berada di bawah pohon beringin. Dengan maraknya berbagai kegiatan tersebut, kampus ungu tidak pernah sepi dari hiruk pikuk berkesenian.
“Dahulu, FBS sering mengadakan acara ngobrol bareng bersama tokoh budayawan atau seniman besar,” ujar Mutia Sukma mengenang masa-masa kuliah di FBS. “Dan itu gratis untuk mahasiswa,” tambahnya.
Alumni mahasiswa jurusan sastra Indonesia tersebut juga menceritakan bahwa datangnya tokoh budayawan, tokoh seniman dapat menstimulasi mahasiswa untuk menjadi lebih akrab untuk mengapresiasi bentuk-bentuk kesenian atau kebudayaan. Sayangnya, akhir-akhir ini FBS jarang sekali mengadakan agenda semacam itu, kalaupun ada, acara seperti itu dihandel oleh Ormawa dan itu harus membayar fee. Tak jarang mahasiswa enggan mendaftar, karena mahalnya uang pendaftaran acara tersebut.
Sepinya tokoh budayawan atau tokoh seniman bukanlah pantangan untuk mahasiswa untuk mengekspresikan kesenian melalui pendidikan karakter.
“Sekarang kan eranya pendidikan karakter. Jadi, FBS mendatangkan acara yang berkaitan dengan pendidikan karakter seperti seminar internasional dengan pembicara Theo Wubles dari Belanda, yang semua itu sebenarnya tak jauh dengan namanya kesenian juga,” tutur Dr. Kun Setyaning A   stuti, M.Pd wakil dekan III FBS.
Bermula karena minimnya kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh pihak FBS membuat Aksara penasaran. Hal semacam ini perlu disoroti. Maka, kami mencoba menelisik penyebab langkanya kegiatan mendatangkan tokoh besar. Sejalan dnegan apa yang sudah disampaikan di awal, apakah kegiatan tersebut sudah diwakilkan oleh pihak Ormawa? Jika benar demikian, maka uang kontribusi yang ditawarkan oleh panitia penyelenggara tentu memberatkan mahasiswa.
“Mahal sih mahal. Tapi kalau acaranya bagus ya nggak apa-apa lah,” ujar mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Muhammad Maulana Ismail.
“Jujur, kalau menurutku sih mahal karena kadang pembicaranya itu cuma dari tempat kita sendiri. Tapi ada juga sih yang sepadan sama seminarnya.” Seorang mahasiswi bernama Riyantini berujar.
Kegiatan temu tokoh budayawan dan sastrawan di FBS secara gratis dirindukan oleh banyak mahasiswa. FBS yang notabene merupakan kampus berbasis kesenian, memiliki tokoh-tokoh yang sudah dikenal secara nasional. Nyatanya pihak kampus, cenderung lebih membanggakan eksistensi mereka, dibandingkan memanfaatkan mereka untuk berbagi ilmu. “Misalkan ada banyak alumni FBS yang sudah diterima dan bekerja di perusahaan besar di luar, semisal media koran atau pekerja film. Itulah yang membawa FBS makin tampak eksistensinya,” kata Wakil Dekan III. (nur/maw)

PRESIDEN JANCUKERS BICARA PLURALISME



             Sejak pukul 09.00 WIB (06/10) para mahasiswa berkumpul di depan Stage Tari Tejokusumo FBS UNY. Mereka datang bukan karena ada demo, orasi besar-besaran, atau hal-hal yang berbau anarkis, mereka  datang untuk mengikuti acara seminar kebudayaan. Seminar ini berjudul “Sinergitas Pluralisme dalam Eksistensi Seni dan Budaya”. Para peserta yang kebanyakan mahasiswa, terlihat sangat antusias mengikuti acara seminar.  Memang pemateri dalam seminar kebudayaan ini tidak tanggung-tanggung, yaitu Cak Suijwo Tedjo, budayawan nyentrik, sekaligus Presiden Jancukers.
            Acara seminar dibuka dengan tari kebudayaan. Lalu dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari ketua panitia seminar yaitu Afsari, ketua BEM Arda Sedyoko, dan Wakil Dekan 3 Dr. Kun Setyaning Astuti M.Pd secara bergantian. Acara pertama diisi dengan stadium general oleh Sugito. Stadium general dibuka dengan guyonan yang menghibur. Mas Gito, panggilan akrabnya, juga sempat mengkritik tema yang diusung panitia. Menurutnya, judul seminar ini terlalu sulit di hafal dan terlalu bertele-tele. Ia pun membahas tentang esensi kondisi pluralisme di Indonesia sekarang ini.
            Stadium general usai, acara sempat kosong beberapa menit. Hal ini membuat peserta sedikit bosan, kekosongan yang rencananya diisi dengan hiburan dari UKM Kamasetra tidak jadi tampil. Penonton  sempat kecewa dan gaduh dengan gagalnya penampilan UKM Kamasetra.
            Acara inti diisi oleh Cak Sujiwo Tedjo. Presiden Jancukers itu mengajak  peserta duduk lesehan. Sujiwo menyampaikan beberapa hal tentang kebudayaan, kesenian yang beraneka ragam di Indonesia. Semua kebudayaan yang negara kita miliki merupakan identitas diri. Namun, tidak harus menutup diri terhadap datangnya sebuah kebudayaan luar. Intinya, sejauh mana kita memilah dan mengemasnya sehingga menjadi lebih menarik dan tidak meninggalkan ke-Indonesia-an kita.
            Bincang-bincang serius dengan Sujiwo dipurnai dengan sharing atau tanya jawab, sesekali budayawan nyentrik itu bernyanyi bersama dengan mahasiswa. Sehingga tidak salah jika Sujiwo menjawab pertanyaan peserta seminar dengan cara bernyanyi.
“Dalam acara ini berbeda dengan acara seminar-seminar yang lain dikarenakan tempat dan pembicara sendiri yang membuat acara ini menjadi nggak begitu formal. Pesertanya aja di suruh maju sama pembicaranya, acara nya sendiri langsung spontan,” tutur Afsari mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Prancis.
            Ketika ditanyai mengenai acara seminar ini,  komentar para peserta pun beragam, salah satunya Erik, mahasiswa Seni Rupa  “Acara hari ini menyenangkan banyak hal-hal yang dapat diambil dan juga sertifikatnya.” Akan tetapi ia juga menggaris bawahi persoalan seperti tempat dan jalannya acaranya. “Tempatnya nyaman nggak nyaman, tapi asyik-asyik aja. Tapi juga lebih di cari tempat yang lebih nyaman lagi. Karena basic dari tempatnya bukan buat seminar tapi buat pertunjukan.” Mengenai jalan acaranya, ia mengomentari  dan memberi masukan, “Sempet kecewa sama acaranya tadi, dengan kekosongan acara, tapi ke depannya di atur lebih baik lagi. Jangan kejadian yang kaya tadi terulang lagi, kan yang harusnya tampil malah nggak jadi tampil.” (RAP & LMK)