Label

Jumat, 10 Agustus 2012

JALAN TAK PERNAH BERHENTI


Kadang kita melawan malam dan menerabas dingin. Menerabas bayu dalam sepi dan hening. Terbalur desau, dan sepisau getir di penghujung tetes bening, tetes kerinduan. Bukankah kenangan tak akan datang, seperti pangeran berderap dari kuda warna putih kemudian menjalinmu dengan gelanyut rona-rona dalam jiwa?
Kadang kita menyungkurkan diri pada pagi, pada tetes embun yang dingin dan menggigil. Beku kau terkadang menempel pada ranting-ranting kerisauan. Risau pada siapa, risau pada apa, dan sejuta tanyamu yang masih bergelanyut, kapanpun kau melangkah atau sedikit terdiam menekur keadaan. Kau berselimut kabut, dan terpayungi mega mendung, awang kelabu. Kau masih juga terseok karena di seberang sana ada setapak meski tak rata.
Kadang kita meleleh pada siang. Pada sinarnya yang membakar, pada panasnya yang mengering dan kau tak mengelak. Kita terus berjalan, di waktu debu menerjang bagai badai dan kau tak peduli. Karena kau yakin bagai embun musim kemarau, dia akan menguap. Karena kau yakin daun-daun yang gugur itu pun bukan berarti tak membekas, selalu bersemi, hijau muda, merah merona, dan kau menarik seulas garis di bibirmu.
Kadang kita seakan terseret pada arus, pada deras, dan juga tak ada satu pun mampu kau gapai. Harapan itu tinggal di tanduk duri mawar, atau bahkan seperti kemungkinan matahari yang bersinar di kala malam datang menjemput. Namun harapanmu pun tak tercerabut, bagai akar ilalang yang kau campak dengan kasar. Kau selalu ada tenaga untuk sekedar bergerak maju, meskipun nafasmu tinggal satu satu di detik-detik terakhir. Namun tanganmu tak terus diam, mencoba mengayuh berharap pelepah terambing, dan kau mampu menyentuhnya, bagai kau menyentuh rona merah pipi seorang gadis.
Kadang kau bagai terbang, dipermainkan bayu, atau beliung yang merusak. Namun bukankah itu tak akan lama meski menyakitkan. Kau selalu ada alasan untuk kembangkan sayap meski patah, kau selalu meski memiliki alasan untuk kembangkan parasut meski robek. Kau tak akan peduli, kalau saja nanti kau terjatuh dan kembali terjaring pada ranting-ranting kering. Kau tak akan peduli meski luka tersayat di sekujur. Itu bukan masalah bagimu, bahkan ketika kau harus mendarat pada bongkahan-bongkahan tanah kering musim kemarau. Kau tak akan pernah berpikir, bahwa kau akan mati, bahwa Tuhan akan mencabut nyawamu.
Bukankah di balik matamu yang mengecil dan setajam elang itu, ada bayangan tempat kau merajut harapan? Bukankah di balik telingamu yang mengembang bagai kelopak-kelopak bunga musim semi itu, kau mendengar bisikan, bahwa asamu tak harus berhenti. Bukankah kau juga mengendus bahwa di persimpangan jalan ini, ketika tertutup kau akan mencium wangi taman bunga di baliknya?
Bahwa jalanmu bukanlah jalan dengan banyak lampu merah, yang menyebabkan hidupmu tersendat-sendat. Bukankah waktu pun tak berhenti, sehingga kau pun tak boleh untuk tidak melaju? Kau tahu sebagaimana kau mengetahui bahwa panas hari ini karena matahari menyengat? Hidup bukan hanya semata terdapat satu setapak yang buntu, kemudian kau memilih untuk tak melanjutkan apapun. Namun hidup lebih daripada itu, hidup adalah ketika kau mengetahui bahwa ada banyak sekali lorong yang mungkin membentuk labirin bisa kau jajal. Kau bukanlah orang yang berhenti untuk melangkah meski sayapmu patah, karena kau masih punya kaki.
Harapan itu bukanlah sekerlip kecil cahaya lilin, namun harapan adalah api abadi yang akan membuat hidupmu senantiasa ada. Bahwa kau tahu semangat sepatutnya bukan hanya nyala puntung rokok yang kemudian terdiam, namun bakaran sekam yang selalu membara dan ciptakan panas.
Mungkin mimpimu boleh saja terhapus, bagai tulisan pantai tersapu ombak. Bukan kau salah menuliskan sesuatu, hanya kau menulis di tempat yang salah. Kau mungkin merasa tak berarti, namun bukan itu. Karena sejatinya kau hanya perlu mengukirkan aksara pada sebuah tempat yang benar. Pada batu dan menjadikanya relief. Harapan, dialah nyawa kedua dalam hidup.

BERORGANISASI? SIAPA TAKUT


Emy L Istianah
            “ Beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengubah dunia”. Kalimat yang pernah diucapkan Ir. Soekarno, nampaknya memiliki nilai yang cukup berarti bagi para pemuda Indonesia sebagai agent of change (agen perubahan). Dalam masanya, memang sangat terlihat keterlibatan pemuda untuk menentukan arah mau dibawa kemana bangsa kita ini.
            Namun, di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang, nampaknya jiwa pemuda sebagai agen perubahan sedikit banyak tercampur oleh ragam budaya asing tersebut. Entah siapa yang salah. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda Indonesia apa masih memiliki spirit sebagai agent of change? Untuk menumbuhkan spirit tersebut, ikut dalam organisasi menjadi alternatif pilihan para mahasiswa.  
            Tidak sedikit anggapan bahwa ikut organisasi, bikin kuliah molor. Anggapan yang salah apabila belum mencoba masuk dalam organisasi. Organisasi kampus memiliki banyak variasi bidangnya. Bergabung dalam organisasi yang sesuai dengan bakat dan minat merupakan pilihan terbaik untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita.
            Agar tidak terjebak pada anggapan berorganisasi bikin kuliah molor, sebagai calon anggota harus mengetahui lebih dahulu seluk beluk dan visi misi organisasi maupun gerakan tersebut. Permasalahan lulus kuliah bisa molor apabila ikut berorganisasi sebenarnya hanya terletak pada diri mahasiswa itu sendiri. Kuliah Akademik merupakan kewajiban para mahasiswa. Apabila kita memutuskan untuk bergorganisasi, maka kita harus bersiap-siap untuk menerima tanggung jawab baru sebagai bagian dari anggota organisasi itu sendiri. Tanggung jawab yang akan mendewasakan pola pikir dan sikap kita.
            Berorganisasi lebih maju selangkah dari orang yang tidak ikut berorganisasi. Benarkah? Berorganisasi mengajarkan mahasiswa berbagai hal disamping kegiatan akademiknya. Berorganisasi melatih kita untuk memanajemen kehidupan sehari-hari kita. Karena kita harus bisa membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Semua membutuhkan proses. Dan selama itu, kita akan belajar banyak hal. Loyalitas, tanggung jawab, manajemen organisasi, dan memahami karakter orang-orang di dalamnya.
            Organisasi mahasiswa itu kurang lebih merupakan wadah berkumpulnya mahasiswa dengan aturan yang menyertai, untuk mewujudkan visi misi sesuai arah gerak organisasi tersebut. Semua organisasi mahasiswa inti tujuannya sama, membangun peradaban bangsa yang lebih baik. Namun, tidak semua organisasi memiliki cara yang sama dalam mewujudkan visi misinya. Maka dari itu, penting bagi kita mengetahui profil, dan memahami seluk beluk organisasi tersebut. Karena itu juga yang akan menentukan kemana arah kita bergerak.
            Berorganisasi memberikan kita ruang banyak untuk bersosialisasi dengan lingkungan dimana kita berada. Lebih dari itu, berorganisasi dapat menambah jaringan dari berbagai organisasi, instansi, dan kalangan mahasiswa maupun umum. Berorganisasi juga melatih kita mencari jalan keluar atau solusi dalam setiap permasalahan. Dalam kehidupan ini, kita tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa campu tangan orang lain. Oleh karena itu, berorganisasi mengajarkan kita untuk saling gotong-royong, solidaritas, dan peka terhadap permasalahan yang ada. Pelajaran berharga yang kita dapatkan selain kegiatan akademik.
            Oleh karena itu, jangan dulu takut berorganisasi karena lulus kuliah bisa molor. Lulus sesuai target maupun molor, hanya diri sendiri yang menentukan. Organisasi sebagai wadah pembelajaran bagi kita, tidak akan menjadi hal yang sia-sia apabila dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena pengalaman yang kita dapatkan, akan menjadi pembelajaran untuk masa depan. Selamat Berkarya!

JEJAK KEMELUT MEDIA CETAK


Oleh Mawaidi
Tidak di mana-mana, media cetak pengaruhnya tidak seberapa dibanding orasi kepemimpinan para calon bupati, gubernur, presiden atau jika di ranah kampus para calon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dekan dan rektor. Alih-alih inisiatif membaca kualitas informasinya, mengapresiasi untuk sekadar mengoleksi media tersebut saja tidak ada. Tak pelak, di tempat umum akan banyak koran berserakan, dan ironisnya di kalangan kampus media cetak milik kampusnya sendiri juga berserakan di mana-mana.
Koran menjadi alat pembungkus nasi itu adalah sisi lain fungsi dari sebuah media cetak. Namun bila koran berserakan di lorong-lorong, pasar, stasiun, terminal “sangat amat” memiriskan fenomena demikian bagi rakyat Indonesia selaku bangsa yang beradab. Lebih mengiris ulu hati lagi jika fenomena ini terjadi di lingkungan orang-orang yang jelas berpendidikan dan bermoral tinggi seperti halnya kampus.
Dua alasan yang mungkin bisa mewakili suara hati orang-orang yang berpendidikan itu, sebut saja mahasiswa, adalah yang pertama karena media cetak tersebut tidak berbobot baik dari segi kualitas informasinya dan perusahaan yang memegangnya. Kedua, karena tidak ada selera untuk membaca media tersebut sehingga akibatnya media cetak yang diberikan secara “cuma-cuma” itu bernasib hangus di atas tanah.
Urgensi membaca dalam hal ini jadikan sebagai catatan samping terlebih dahulu. Sebab publik tahu, bila tak ada apresiasi untuk mengoleksinya berarti fakta tersebut mencerminkan kegiatan membaca menjadi barang langka.

Yang lalu biarlah berlalu
Menengok sejarahnya, perkembangan pers Indonesia sangat berpengaruh terhadap bangsa. Evolusi pers bisa dibilang sejak kemerdekaan, pengakuan kedaulatan, sampai saat ini di masa reformasi semuanya dipengaruhi oleh pers. Namun sejauh ini, meski perkembangan pers di Indonesia mempunyai masa perkembangan dari beberapa periode, di mana setiap periodenya mewakili satu masa atau era, polemik menyangkut pers kerap terjadi hingga ada pembrendelan.
Tahun 1776 bulan Juni media cetak Bataviasche Nuvelles en Politique Raisonnementen yang terbit  di era kolonial (pada tahun 1744 sampai awal abad 19) di brendel. Tambahan sejarah perkembangan pers Indonesia juga terjadi di masa kepemimpinan Soeharto. Saat itu, pers dalam memuat berita tidak boleh bertentangan dengan pemerintah atau menyinggung peranan pemerintah.
Banyak opini publik mengatakan pers mengalami kecelakaan sejarah dan itu menjadi new challenge (tantangan baru) sekaligus bahan evaluasi terhadap pers masa sekarang. Hingga kecelakaan sejarah yang semestinya disebut yang lalu biarlah berlalu, dengan adanya virtualisasi penyepelehan pers menjadi tidak absah. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya apresiasi mahasiswa terhadap media cetak yang terbit di lingkungan kampusnya sendiri.

Mahasiswa is agent of change?
Lisna Mutia Kartika menuliskan dalam opininya pada Aksara edisi  I Ospek (tanggal 6Agustus 2012) bahwa, menjadi mahasiswa adalah sebuah kehormatan. Kaum mahasiswa menempati posisi yang cukup istimewa atau diistimewakan oleh masyarakat, baik disadari secara langsung ataupun tidak langsung. Bagaimana tidak, masyarakat banyak menggantungkan harapan dan keinginannya pada mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa dianggap kaum muda yang berintelektual tinggi sehingga mampu memberi perubahan yang baik. Sampai tercetuslah sebuah kalimat yang harus mahasiswa pertanggungjawabkan yakni agent of change atau agen perubah.
Realitas sosial masyarakat juga mengamini perspektif seperti itu. Menjadi mahasiswa sudah mampu berpikir dewasa dan mengatasi segala pertimbangan suatu masalah melalui pikiran dingin dan cerdas. Terlebih adanya organisasi pergerakan yang menegakkan kesejahteraan masyarakat dari gorong-gorong kemiskinan. Kemudian berapa banyakkah mahasiswa yang mampu berperan sebagai agent of change?
Agent of change tidak hanya bisa disandang atau dijadikan gelar ketika mahasiswa mampu berbuat sesuatu yang bodoh menjadi pintar, miskin menjadi kaya dan kuno menjadi modern, menggulingkan rezim, atau menjadi penyalur aspirasi masyarakat. Perubahan tidak serta merta serupa dengan membalikkan telapak tangan. Agen of change tersebut adalah proses yang dilakukan dari fase ke fase, dari kecil ke yang besar. Jika melakukan perubahan dengan cara acuh tak acuh kepada media cetak yang gratis tersebut tidak bisa, bagaimana bisa menciptakan sosok pribadi yang berkarakter, cendikia dan toleran?
Mari cari jawaban tersebut dalam benak kita masing-masing dan tentukan siapa jati diri kita sebagai mahasiswa sebenarnya.
MAWAIDI,
Pimpinan Redaksi Buletin Aksara

AKU DAN HARAPAN


Oleh: Raodatul Hasanah

Aku adalah mentari yang selalu bersinar
Aku adalah bulan yang selalu menerangi
Aku adalah bintang yang selalu terang
Aku adalah air yang selalu mengalir
Aku adalah bumi yang selalu berputar
Aku adalah angin yang selalu berhembus
Aku adalah dahaga yang selalu haus
Aku adalah embun yang selalu  menyejukkan
Dan aku adalah pohon yang selalu meneduhkan

Ya, ini adalah titik…. Titik… bait  mimpiku yang aku pinta pada yang kuasa. Aku terus bermimpi dan bermimpi dalam angan dan kenyataan. Aku kukuh dalam  khayalan, tegar dan kuat dalam mimpiku.
Ya… karena  ini hanya semua mimpi, karena ini semua hanya khayalan.
So…, aku tak perlu berpikir lelah untuk semua mimpiku, seperti orang yang bekerja keras dan bertarung hanya untuk semua mimpi.
Mimpi-mimpi mereka usang karena terlalu lama menanti sang penggapai, dan bahkan mimpi mereka pergi meninggalkan sang penggapainya karena takut rapuh di kala sang penggapai tak mampu berjalan memberikan ketenangan untuk menunggu.
Aku tertawa ketika melihat mereka semua berlari untuk mengejar mimpinya. Dan aku juga menertawakan diriku yang bodoh, aku tak ada bedanya dengan mereka yang terus berlari mengejar mimpinya. Aku melupakan keterbatasanku sebagai manusia biasa di bumi ini. Dan mereka juga….!!! Lalu apa bedanya aku dan mereka??
Bahkan diriku sendiri menertawakan aku. Ternyata…!??
Aku lupa kalau semuanya bukan mimpi, tapi ini adalah trimatra kehidupan di mana kita harus membuatnya indah meski orang lain dan kehidupan  tak mengerti. HARAPAN…!??
Di mana harapan itu adalah awal dari kemenangan semua mimpi.
BERJUANG……!!!
Di mana  perjuangan sangat berharga untuk dapat mendapatkan keberhasilan itu. IKHLAS……….!??
 Di mana keikhlasan itu sangat berharga ketika semuanya tak mampu untuk di raih.
            Ya…, tak ada gunanya terus bermimpi jika tidak bisa aku jadikan sebuah harapan yang bisa untuk aku gapai dan raih.
Tak ada gunanya juga jika tidak aku perjuangkan dengan segala usaha. Dan tak ada gunanya juga jika aku tak bisa ikhlas atas semua hasil dari semua mimpi dan perjuanganku.
Namun, akan aku raih mimpiku meski orang lain telah mendapatkannya. Karena selalu ada harapan untuk setiap kegagalan di dunia ini selama aku mampu untuk terus memperjuangkan.

ADAKAH DI SUATU TEMPAT, APA PUN ITU YANG MELEBIHI KESEDIHAN?


Oleh: Mawaidi D. Mas
Secara gamblang ketika pertanyaan itu dihidangkan di depan orang-orang, jawaban yang diperoleh adalah hal-hal yang bersifat personal dan konvensional, seperti menangis, merutuk, marah, sakit, gila, dan mengakhiri hidup—bunuh diri.
Tom Hansen, seorang lelaki dari Margate, New Jersey tokoh utama dalam film 500 Days Of Summer, ia meyakini bahwa tidak pernah merasa bahagia. Dan keyakinan itu terbentuk karena mendengarkan lagu pop sedih Inggris dan salah persepsi terhadap film The Graduate. Dalam perjalanan hidup Tom Hansen, ia bertemu seorang gadis cantik bernama Summer Finn dari Shinnecock, Micighan. Tom Hansen menyukai Summer Finn. Dan Tom Hansen menganggap Summer Finn adalah kekasihnya. Namun dari pada itu, Summer Finn meskipun menyukai (bahkan keduanya pernah melakukan seks dalam kamar mandi) Tom Hansen, tetap saja ia tidak akan menganggap hubungan dengannya sebagai hubungan yang serius atau diberi istilah pacaran. Terjadilah kegelisahan dalam hati Tom Hansen, apa artinya ciuman Summer Finn? Apa artinya tubuh Summer Finn?
Itulah kesedihan yang pertama. Yang kedua, dalam film Malaikat Tanpa Sayap tokoh utama bernama Fino yang semraut dengan keadaan keluarga yang miskin, ayah-ibunya cerai, adik kandungnya kecelakaan, dan pacarnya yang sakit kanker jantung. “Dalam hidup, nggak ada jaminan buat terus hidup bahagia. Nggak ada kepastian buat apa pun. Setiap orang bisa keluar dari kotak rasa nyamannya.” Kata hati Fino.
Barangkali orang-orang terdekat kita, saya dan Anda pernah mengalami kesedihan dan sangat “menggalau” sekali kesedihan itu. Seolah-olah sebuah perjuangan, harapan dan doa yang dipanjatkan oleh kita nihil. Baik dalam hal bisnis, pendidikan, hidup, kuliah, cinta, dan sebagainya. Dan betapa kesedihan itu usianya amat panjang dijalani. Bahkan, bisa jadi dalam keadaan seperti itu masih banyak masalah yang bertubi datang, seakan tidak ada kasih sayang dari Tuhan.
Motif dan ragam yang melatarbelakangi munculnya kesedihan terjadi secara batin kemudian muncul sebagai gejala yang zhahir. Faktor dari dalam diri seseorang sangat kuat menyimpan kesedihan dan membentuknya menjadi gundah-gulana, remuk-redam, carut-marut.
Andai kesedihan itu bisa dilukiskan melalui kanvas—yang mungkin diberi nama kanvas kesedihan—kemudian si subjek akan memberikan bukti atas kesedihannya itu kepada si objek. Bukan apa-apa sebenarnya, agar si objek tahu tentang keadaan hatinya yang sebenarnya. Namun apa daya, ingin hati memeluk gunung dan apa daya tangan tak sampai. Manusia pada hakikatnya diberi kelebihan dan kekurangan dan tak dipungkiri manusia ditempeli keterbatasan.
Keterbatasan itulah yang mengekang keinginan, harapan, jiwa manusia ketika hendak melakukan perbuatan (yang) agar kesedihan itu dapat diatasi dan terleraikan. Namun, lagi-lagi manusia diliputi keterbatasan. Manusia tidak bebas.
Manusia antara keterbatasan dan kebebasan merupakan siklus waktu yang saling bergesekan. Persepsi manusia yang dibatasi dan dikekang jalan keluarnya agar ia bebas adalah satu: merasa jiwanya tidak terkekang dan bebas. Itu saja. Jika diri kita dikekang oleh sesuatu yang mengakibatkan tertundanya meleraikan kesedihan maka perbuatlah jiwa dalam diri manusia menjadi bebas. “Hanya jiwa yang bebas saja yang menganggap dirinya tidak terkekang. Dan hanya jiwa tidak bebas saja yang merasa dirinya selalu dikekang.”
Kesedihan oh kesedihan: ia begitu indahnya dan begitu mengerikan. Andai dan andai hati yang mengalami kesedihan ini kita hadapkan ke wajah samudra atau laut yang luas, walau dikuras hingga berkali-kali dan dijejali apa pun bertubi-tubi, tetap saja yang namanya lautan akan menampung segala yang terbuang. Begitu pula dengan hati jika hanya dihadapkan pada segelas air maka ia akan tumpah dan meluap bila ada benda yang lebih besar dicelupkan.
Bila ada yang bertanya dan yang bertanya itu adalah orang di antara sekian yang mengalami kesedihan, “Adakah di suatu tempat, apa pun itu, yang melebihi kesedihan?” Tentu. Iya, tentu saja ada, yaitu bersyukur.

AIR BERIAK TANDA TAK DALAM, TERLALU BERIAK HANYUT SENDIRI


Oleh: Aisa Sri Rejeki
Berlebihan. Sebuah kata sederhana yang mengandung banyak arti. Belum lama ini saya baru memahami bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Kecuali kata “lebih”, mungkin itu baik. Bayangkan saja hanya berbeda imbuhan dan awalan sebuah kata sudah berarti lain dari kata dasarnya. Hal ini menjadikan perbandingan atau bahkan persamaan dengan manusia.
            Manusia pada dasarnya sama, hanya awalan dan imbuhan yang menjadikan mereka berbeda. Itu inti dari tulisan ini. Membahas lebih lanjut tentang berlebihan.
            Belum lama saya mencoba memahami dan mencoba menuangkannya dalam tulisan ini. Saat kita merasa begitu senang, hati kita berada di atas awan dan terapung-apung seperti kapas yang melayang tanpa beban, pernahkah kita berpikir dan mengingat bencana atau takdir lain yang mungkin saja bisa terjadi? Pernahkah kita mengingat siapa yang memberikan rasa senang tersebut? Rasa senang itu bisa hilang dalam waktu satu detik jika yang memberikan rasa tersebut menghendaki. Rasa tersebut bisa berganti menjadi tangis yang tidak akan berhenti dalam waktu sehari semalam misalnya.
            Ketika kita berada di tengah cobaan dan ujian dan kita merasa sudah tidak mampu melaluinya, pernahkah kita berpikir bahwa jika kita mundur dan kembali ternyata keberhasilan sudah kelihatan batang hidungnya. Dia menyambut kita dengan tangan terbuka dan mengucapkan selamat kepada kita. Dia berada selangkah di depan kita. Tidakkah kita menyesal dan menangisi usaha kita yang sia-sia?
            Sekali lagi janganlah melakukan sesuatu dengan berlebihan. Saya selalu merasa sangat putus asa saat menghadapi masalah, apalagi jika tidak ada seorangpun yang bisa membantu memecahkan permasalahan yang saya hadapi. Terlintas dalam pikiran untuk mengakhiri hidup? Saya jawab, iya! Tetapi karena teringat bahwa kunci permasalahan mungkin berada selangkah lagi di depan saya, saya mencoba menguatkan hati saya untuk terus maju. Jangan sampai kembali di tengah jalan.
            Sewaktu saya masih duduk di bangku SMP saya pernah tertawa berlebihan karena candaan teman. Pulangnya saya tiba-tiba menangis tanpa henti. Saya lupa apa alasan saya menangis. Tetapi itulah jangan melakukan sesuatu yang berlebihan. Ucapkanlah istigfar atau ingatlah sesuatu yang berlawanan dari apa yang kita rasakan agar emosi kita terkontrol dengan baik.
            Ada pepatah baru yang mengatakan bahwa, “Air beriak tanda tak dalam, Terlalu beriak hanyut sendiri”. Hal ini merupakan sindiran terhadap apa yang kita lakukan secara berlebihan bisa mengakibatkan hal buruk bagi kita sendiri. Berlakulah sewajarnya maka hal itu yang lebih baik bagi kita.
            Dulu waktu saya masih remaja sangat suka sesuatu yang berlebihan, istilah kerennya alay. Namun sekarang sebagai seorang mahasiswa bukan zamannya lagi bertingkah “alay ala anak SMP dan SMA yang belum mempunyai gambaran jelas mengenai masa depan. Sekarang mulai masuk universitas ibarat menanam benih baru yang akan tumbuh sesuai dengan cara kita merawat benih tersebut. Ya bukan tumbuh sesuai dengan apa yang kita harapkan, namun sesuai dengan bagaimana cara kita merawat benih tersebut.
            Menyirami benih dengan pengetahuan dan ilmu yang berguna. Memupuknya dengan semangat dalam mencapai tujuan akan menumbuhkan benih sesuai dengan apa yang kita harapkan. Bukan omong kosong. Tapi mari sama-sama kita buktikan.
            Berlebihan. Cita-cita berlebihan juga tidak baik, walaupun kita harus menggantungkan cita-cita setinggi langit. Namun selalu melihatlah ke bawah agar kita tahu, setinggi apa sesuatu yang ingin kita raih. Ukur dengan kemampuan kita sendiri. Mampukah saya terbang ke sana untuk mengejar cita-cita yang ingin saya raih? Terkadang nikmat itu datang dengan sendirinya, sebanding dengan seberapa besar rasa syukur kita terhadap nikmat yang diberikan-Nya.
            Tidak berlebihan bahwa saya mengatakan semua yang berlebihan itu memang tidak baik dan bisa mendatangkan malapetaka bagi kita sendiri. Contoh yang sederhana namun sangat mengena. Makan berlebihan akan mendatangkan malapetaka yaitu sakit perut. Istirahat berlebihan akan membuat pusing dan malas beraktivitas. Memakai make up berlebihan, akan mengundang tawa orang lain dan menimbulkan banyak pertanyaan. Memakai perhiasan berlebihan akan mendatangkan niat buruk orang lain yang melihat. Bahkan memunculkan berbagai kesan terhadap orang yang melihatnya.
            Itu sedikit contoh sederhananya, maka berlakulah sewajarnya agar orang lain juga berlaku wajar terhadap kita. Sesuatu yang didasari oleh sikap wajar akan menimbulka kesan bahwa kita orang yang tidak suka neko-neko. Namun sikap berlebihan sangat dianjurkan untuk orang pada kalangan tertentu yang ingin mencari sensasi untuk mendongkrak popularitas. Selamat mencoba ^_^

SELAMAT JALAN RIZKY

Rizky Eko Laksono, Maba Fakultas Bahasa dan Seni telah pulang ke sisi Allah Swt. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia tersebut meninggal dikarenakan kecelakaan lalu lintas Simpang Empat Condongcatur Gejayan Depok Sleman, Rabu (8/8).
Kecelakaan yang menimpa Rizky bermula saat ia sedang melaju menggunakan motor Honda Revo AE 3984 XL. Sedangkan, dari arah yang sama, bus bernopol AB 7313 JN yang disopiri Yudi Antoni (33) warga Cangkringan Sleman. Sebab itulah, Rizky yang terlalu dekat jaraknya menyenggol badan bus.
Keluarga Rizky setelah ditemui oleh Aksara mengaku, mengetahui kabar tentang Rizky yang kecelakaan dari salah satu polisi asal Pacitan sendiri. “Yang menolong pertama kan polisi yang asalnya dari sini, Pacitan. Terus, telepon ke rekan di sini, terus ngasih kabar ke istri saya. Terus saya telepon ke Pak Polisi tadi bahwa, Ananda Rizky kecelakaan.” Tutur Heru Setyoko (40), paklik korban. Beliau juga mengungkapkan bahwa ibu korban terus saja menangis, keluarga sendiri tidak memiliki firasat apapun.
Panitia Ospek FBS baru mengetahui salah satu Mabanya kecelakaan dan meninggal dunia pada Rabu (8/8) sekitar pukul 21.00. Sementara waktu peristiwa kecelakaan yang menimpa Rizky pada Rabu (8/8) sekitar pukul 05.45 yang hendak berangkat mengikuti Ospek.
Suasana Kampus Ungu yang sedang melaksanakan Ospek Fakultas hari kedua itu pun turut berduka cita. Segenap panitia memakai atribut pita hitam sebagai tanda belasungkawa atas kepergian lelaki periang tersebut. Bagi peserta Ospek muslim, panitia mengajak Maba ke Masjid Mujahidin untuk melaksanakan shalat ghaib, dan bagi peserta Ospek non muslim, panitia memusatkan mereka di Cine Club.
Kamis (9/8) BEM FBS mengagendakan takziah ke rumah duka, di Pacitan Jawa Timur dan berangkat sekitar pukul 11.00. Sebagaimana diungkap oleh ketua panitia Ospek FBS, bahwa upaya untuk mengenang kepergian Rizky dilakukan dengan cara mengadakan religius input dan sebagian panitia juga melakukan takziah ke Pacitan.
Selain dari perwakilan panitia, pihak dekanat juga meminta perwakilan satu dari fakultas untuk takziyah ke Pacitan. “Ketika kami sudah tahu bahwa, saudara Rizky itu meninggal dunia, wafat, akibat kecelakaan lalu lintas. Maka tentu saja kami prihatin. Dan selanjutnya, insya Allah hari ini ada wakil dari fakultas untuk takziah ke sana,” ungkap Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd setelah ditemui di ruangannya oleh Aksara.
Kepergiannya Rizky tidak hanya menjadi kabar duka bagi teman dekatnya saja. Pemandu gugus Tambo, Rizky Prasetya berujar, “Sebagai Maba dia itu orangnya tahu diri. Maksudnya, sebagai Maba dia bukan orang yang mencari muka atau gaya. Nurut lah, anaknya nurut. Karena kita belum terlalu dekat, apalagi baru dua hari. Karena kehilangan dia pun kita semacam shock.”
Pihak keluarga setelah ditemui oleh Aksara dan ditanyakan mengenai Rizky menyatakan, “Kalau orangnya sih pendiam, kalau nakal sih, ya sebagai remaja orang mungkin bilang wajar. Kadang ya, dua kali ini pernah kecelakaan. Naik motor sewaktu masih SMK di Pacitan. Dan yang kedua, ini.” Tutur Heru Setyoko, paklik Rizky.
Berkaitan dengan kejadian yang menimpa Rezky, Dekan FBS menghimbau supaya mahsiswa lebih berhati-hati dan disiplin dalam berlalu lintas. “Tentu saja ini persoalannya banyak. Terutama disiplin untuk berlalu lintas. Itu saya kira, kita tahu dan Anda saya yakin ketika pagi-pagi, sudah di perempatan jalan yang ber traffic light itu, sudah tidak dihiraukan lagi oleh pengguna jalan. Sehingga persoalannya adalah disiplin kita untuk berlalu lintas itu, apalagi kendaraan angkutan umum itu ya, berhenti kan sembarang tempat. Banyak aspek yang sebenarnya menyebabkan peristiwa seperti itu dan terutama telah (terkait-red) human error yang tidak taat pada aturan pada berlalu lintas itu. Sehingga saya itu tidak berani berkendaraan dengan memperhitungkan waktu” (Mawaidi)

Kamis, 09 Agustus 2012

KLARIFIKASI BERITA MENGENAI MENINGGALNYA MABA FBS


Adanya rumor atau berita mengenai sulitnya identifikasi mahasiswa baru FBS yang meninggal karena kecelakaan lalulintas kemarin (8/8) karena tidak adanya tanda pengenal dan disinyalir tanda pengenal tersebut tidak ada karena peraturan OSPEK itu TIDAK BENAR karena dalam peraturan OSPEK FBS TIDAK ADA LARANGAN untuk membawa tanda pengenal (baik itu KTP, SIM, STNK, Kartu Pelajar atau kartu identitas lainnya yang masih berlaku). Pada OSPEK FBS 2012 maba sudah diminta untuk membawa Co-Card berbentuk bonang dan berwarna ungu sebagai tanda warna FBS. Di Co-Card tersebut sudah tercantum Nama Gugus, Nama lengkap, Jurusan, NIM, dan terdapat Foto juga. Pada ketentuan OSPEK 2012 maba FBS 2012 hanya diminta untuk membawa penugasan-penugasan seperti berikut ini:

Penugasan All Day: Kresek untuk bawa makanan pulang, Bekal makanan untuk yang tidak puasa, Kipas kreasi gugus, Alat ibadah, Koran untuk alas sholat, Alat tulis, Obat pribadi, Tas kresek, Slayer  OSPEK FBS

Senin, 6 Agustus 2012 : Slayer ungu BEM FBS, Koran (alas sholat), Plastik kresek untuk tas, Mukena (bagi yang muslimah) atau alat ibadah lain untuk yang beragama lain, Slayer putih, Artikel dengan tema “aku bangga menjadi mahasiswa Indonesia” tulis tangan, 2 halaman folio, Air mineral 1,5 L (untuk wudlu)

Selasa, 7 Agustus 2012 : Slayer OSPEK FBS, Mengumpulkan cap UKM di Student Center  min 10 cap, Portopolio kebudayaan Indonesia (2lembar: lembar pertama deskripsi kebudayaan, lembar kedua dokumentasi), Air mineral 1,5 L (untuk wudlhu)

Rabu,8 Agustus 2012 : 1 Buku cerita anak, Kresek untuk bawa makanan pulang, Bekal makanan untuk yang tidak puasa, Kipas kreasi gugus, Alat ibadah, Koran untuk alas sholat, Alat tulis, Obat pribadi, Tas kresek, Slayer OSPEK FBS

Kamis,9 Agustus 2012 : Kresek untuk bawa makanan pulang, Bekal makanan untuk yang tidak puasa, Kipas kreasi gugus, Alat ibadah, Koran untuk alas sholat, Alat tulis, Obat pribadi, Tas kresek, Slayer  Ungu BEM FBS

Jumat, 10 Agustus 2012 : Menyesuaikan Ospek Jurusan

Penugasan dr Universitas : Koran (alas sholat), Plastik kresek untuk tas, Mukena (bagi yang muslimah) atau alat ibadah lain untuk yang beragama lain, Slayer putih, Artikel dengan tema “aku bangga menjadi mahasiswa Indonesia” tulis tangan, 2 halaman folio, Air mineral 1,5 L (untuk wudlu), artikel ttg UKM

Jadi kami tegaskan bahwa adanya peraturan OSPEK mengenai larangan untuk membawa kartu pengenal itu SAMA SEKALI TIDAK BENAR.

Pada hari Rabu tanggal 8 Agustus 2012 itu kami juga sempat mendapat informasi untuk mengecek nama maba FBS tersebut, namun nama yang diberikan ternyata salah dan kami baru menerima nama yang benar saat Maghrib. Setelah mendapatkan nama yang benar kami langsung berkoordinasi malam itu juga bersama dengan pihak dekanat. Selanjutnya hari ini Kamis, 9 Agustus 2012 Ketua Ospek FBS, Ketua BEM FBS, Ketua Hima KMSI dan beberapa panitia lainnya serta Ibu Wakil Dekan III FBS UNY datang bersilahturahmi langsung ke rumah almarhum di Pacitan, Jawa Timur.

http://www.facebook.com/notes/bem-fbs-uny/klarifikasi-berita-mengenai-meninggalnya-maba-fbs/418763008158792

Selasa, 07 Agustus 2012

MASIH PAGI, MABA BERJATUHAN


Jam baru menunjukkan pukul 8 pagi, Rabu (8/8). Namun, kesibukan tim P3K di salah satu ruangan Pusat Layanan Akademik (PLA) sudah terlihat. Beberapa Maba sudah terlihat mendapatkan penanganan dari tim P3K.
Windu, koordinator tim P3K, mengatakan bahwa sampai pukul 8 tadi, sudah ada sebanyak tujuh mahasiswa baru yang ditangani oleh tim. Kebanyakan dari mereka merasa pusing dan lemas. Untuk penanganan sendiri tim P3K mendapatkan bantuan dari KSR.
“Iya, kita dari kemarin dibantu KSR. Kita juga dibantu satu dokter dari BSMI. Untuk personil P3K sendiri berjumlah 23 orang”.

RUANGAN TERBATAS, PEMANDU PAKAI SISTEM SHIFT


Beberapa pemandu duduk-duduk di samping gedung Pusat Layanan Akademik (PLA), Rabu (8/8). Usut punya usut ruangan Stage Tari yang sedianya digunakan untuk acara penuh Maba. Sehingga sistem shift satu gugus dua pemandu diberlakukan. Hal ini diutarakan oleh Rachma, salah satu pemandu gugus Kecapi.
“Iya emang dibatasin, karena ruangan gak cukup, jadi per shift
Dia juga menambahkan, bahwa agenda hari ini adalah Bincang Dekanat, Mapres Show, Kapita Selekta, serta Display Ormawa. Kapita selekta sendiri terdiri dari lima kapita selekta, antara lain jurnalistik, penelitian, seni budaya, enterpreneurship, serta leadership. Sedangkan display ormawa, berfungsi untuk memperkenalkan organisasi mahasiswa kepada mahasiswa baru.

MASIH BANYAK MABA MELANGGAR


Di samping Pendapa Tedjokusumo (8/8) sekitar 30 an lebih Maba dikumpulkan oleh tim SPK. Mereka adlam Maba yang melanggar peraturan. Amel, salah satu pemandu gugus Peking mengatakan bahwa mereka sebenarnya sudah memberitahu Maba kalau Maba sudah harus sampai di kampus pukul enam kurang seperempat.
Adi Supriyadi, salah satu Maba dari gugus Peking menyatakan bahwa dia terlambat karena sedikit sakit, hanya saja dia tidak tahu bagaimana prosedur izin. Tidak diketahuinya prosedur ini juga dibenarkan oleh Fahma, salah satu pemandu. Dia mengatakan bahwa pemandu sebenarnya sudah memberi tahu, hanya saja Maba masih bingung. Prosedurnya pun sedikit rumit, karena dari pemandu Maba disarankan untuk menemui Tim Advokasi, dari tim Advokasi mereka akan dilimpahkan ke SPK.
Intan, Maba dari gugus Sampek, memiliki cerita lain. Dia sudah sampai di kampus pukul enam, hanya saja co card nya ketinggalan di kost, sehingga dia harus kembali lagi ke kost. Naasnya setelah dia sampai di kampus, ternyata terlambat.
Dimas, salah satu tim advokasi menyatakan bahwa pembelaan disesuaikan dengan kesalahan dan saksi. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan dari Sinta, koordinator Advokasi. “Memang kalau mau izin ke advokasi, ada kesimpangsiuran juga. Sering ada miskomunikasi antara Maba, pemandu, dan advokasi. Dari kami sudah menginformasikan, hanya saja karena saat puasa mungkin Mabanya kurang konsentrasi”
Ketika ditanya mengenai alur advokasi, Sinta menjelaskan bahwa pertama Maba yang sudah dikumpulkan oleh tim SPK akan diselidiki untuk mengetahui apakah Maba tersebut patut dibela atau tidak. Kalau ternyata anaknya berdasarkan beberapa informasi memang bandel, maka pihak advokasi akan menyerahkan sepenuhnya kepada SPK. Kemudian, mereka akan melakukan sidang. Dalam penyelidikan pun mereka tidak serta merta bekerja sendiri, melainkan juga melibatkan tim SPK dan pemandu.
Dian Fitrianto, salah satu tim SPK menuturkan bahwa hari ini banyak sekali Maba yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran paling banyak adalah terlambat dan sepatu yang tidak sesuai peraturan. Disinggung seputar hukuman dia menjelaskan, bahwa hukuman disesuaikan dengan pelanggaran “Iya paling suruh baris berbaris, kemudian janji di depan teman-teman. Maba yang baru sekali melanggar paling dicatat, namun Maba yang sudah sering melanggar akan dikumpulkan untuk mendapatkan sanksi tersendiri”.

PERSIAPAN DISPLAY FBS

Malam ini (7/8) panitia ospek FBS terihat sibuk berada di Stage Tari. Agenda kegiatan malam ini adalah Gladhi Bersih untuk acara display ormawa yang akan diselenggarakan besok, hari pertama ospek fakultas.
Display ormawa sendiri merupakan kegiatan tahunan yang berisi penampilan-penampilan dari setiap ormawa untuk memperkenalkan organisasinya masing-masing. Adapun yang akan tampil dalam acara besok adalah semua ormawa, baik BEM, DPM, HIMA, maupun UKMF. Diharapkan dengan diadakannya pengenalan seperti ini, maka mahasiswa mendapat gambaran dan memiliki ketertarikan terhadap organisasi

Senin, 06 Agustus 2012

OSPEK FBS 2O12: MULTIKULTURAL DALAM KEARIFAN LOKAL


Kampus tetap hidup meski liburan semester genap telah dimulai sejak lebih dari sebulan yang lalu. Tidak seluruhnya mahasiswa FBS pulang dan menikmati Bulan Ramadhan di rumah, karena masih ada sejumlah mahasiswa yang merelakan waktu liburnya demi mempersiapkan Ospek FBS. Ospek yang dilaksanakan untuk menyambut mahasiswa baru FBS UNY. Seperti Ospek di tahun sebelumnya Ospek kali inipun kembali dilaksanakan pada bulan puasa.
            Ospek akan berlangsung dari tanggal  6 sampai dengan 10 Agustus 2012. Terdiri dari Ospek Universitas, Fakultas dan Jurusan. Hingga 5 hari sebelum Ospek dimulai, tercatat 1070 mahasiswa baru yang yang telah mendaftar dan 5 yang belum mendaftar Ospek dari keseluruhan mahasiswa baru FBS UNY 2012.
            Berdasarkan wawancara dengan Fajar Setiawan, ketua Ospek FBS 2012  yang ditemui disela persiapan rapat Ospek, terungkap maksud di balik tema Ospek FBS. Tema Ospek FBS tahun ini adalah “Manifestasi Multikultural dalam Membangun Karakter Mahasiswa FBS Melalui Kearifan Lokal dalam Berkarya.
            Tema kali ini adalah penggabungan dari dua tema yang di usulkan sebelum persiapan Ospek 2012 yaitu multikultural dan kearifan lokal. Pemilihan tema pada tema Ospek kali ini adalah untuk mempertahankan FBS sebagai kampus yang multikultural.
            Tema tersebut merupakan keputusan bersama dari teman-teman panitia Ospek tahun ini bahwa FBS yang dianggap sebagai kampus yang berbudaya. Karena budaya cakupannya sangat luas kami mengambil salah satunya yaitu kearifan lokal. Sebenarnya ada dua topik yaitu multikultural dan kearifan lokal yang muncul dari teman-teman. Kemudian kami memutuskan untuk tetap memasukan dua unsur tersebut dalam tema. Kami tetap ingin mempertahankan FBS sebagai kampus yang multikultural dan tidak pilih-pilih,” ungkap Fajar ketua Ospek FBS 2012.
            Kearifan lokal bertujuan untuk memunculkan dan mengenalkan budaya-budaya Indonesia kepada mahasiswa baru FBS. Kearifan lokal tersebut akan diterapkan pada rangkaian kegiatan, logo, dan nama-nama gugus.

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU 2012: SAATNYA AMBIL PERAN!


Oleh: Lisna Mutia Kartika
            Selamat datang mahasiswa baru FBS 2012. Euforia Ospek FBS kembali digelar. Dengan mengusung tema “ Manifestasi Multikultural, Dalam Membangun Karakter Mahasiswa FBS Melalui Kearifan Lokal Dalam Berkarya” Sebuah tema yang cukup panjang dan cukup sulit diingat  ketika pertama kali saya mendengarnya. Mengusung tema yang cukup panjang dan sulit diingat tentunya sudah dipikirkan matang-matang maknanya oleh pihak panita Ospek FBS (semoga). Bila dijabarkan secara rinci makna dari tema tersebut, tentunya akan ditemukan sebuah jawaban yang tidak kalah panjang lebar. Untuk sementara mari kita tinggalkan dulu makna sebuah tema yang di usung oleh panitia Ospek FBS 2012.
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan?
            Menjadi mahasiswa adalah sebuah kehormatan. Kaum mahasiswa menempati posisi yang cukup istimewa atau diistimewakan oleh masyarakat, baik disadari secara langsung ataupun tidak langsung. Bagaimana tidak, masyarakat banyak menggantungkan harapan dan keinginannya pada mahasiswa, hal ini karena mahasiswa dianggap kaum muda yang berintelektual tinggi sehingga mampu memberi perubahan yang baik. Sampai tercetuslah sebuah kalimat yang harus mahasiswa pertanggungjawabkan yakni agent of change atau agen perubah. Perubahan yang seperti apa? Tentunya perubahan yang baik, perubahan yang tidak berpihak, tidak berat sebelah dan mampu memperjuangkan hak-hak masyarakatnya. Ambil contoh peran mahasiswa dalam perubahan atau pergerakan bangsa yang sudah ada bahkan sebelum kemerdekaan, melalui organisasi-organisasi pergerakan mahasiswa seperti, Kelompok Kramat Raya, Pegangsaan, KAMI, Malari, dan yang terakhir jatuhnya rezim Soeharto oleh gerakan Reformasi Mahasiswa. Organisasi-organisasi tersebut memberi sumbangsih yang sangat besar bagi bangsa dan kita rasakan sampai saat ini. Sebuah gerakan yang mampu membela masyarakat dalam memperoleh hak-haknya. Fakta- fakta ini menunjukkan bahwa mahasiswa adalah kelompok yang selalu berdiri di garda terdepan dalam hampir setiap perubahan yang terjadi. Walaupun harus tertindas dan tidak mau menyerah dengan cara apapun.


Saatnya Mahasiswa Baru FBS Menentukan Pilihan
            Mahasiswa pada kenyataannya harus memiliki cara untuk mampu merubah atau sekadar menyumbangkan aspirasinya sekecil apa pun, untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Tugas mahasiswa bukanlah sekadar berangkat kuliah dan mengerjakan tugas lalu tidur nyenyak. Sedangkan di luar sana banyak hak-hak masyarakat sekitar kita yang dirampas dari mulai Hak Asasi Manusia, Hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh pekerjaan, hak mendapatkan kehidupan yang layak bahkan hak hidup sekalipun. Sebagai orang yang di sebut-sebut sebagai agen perubahan, mahasiswa harus memiliki spirit yang kuat. Mahasiswa haruslah menjadi kaum yang tidak mau memberi toleran dalam hal ketidakadilan sekecil apa pun. Mahasiswa adalah kaum yang gatal untuk selalu membela dan siap sedia bagi masyarakat. Ini adalah tugas mahasiswa sesungguhnya, dan mahasiswa baru FBS berperanlah!
            Kembali kita perbincangkan tema ospek Manifestasi Multikultural, Dalam Membangun Karakter Mahasiswa FBS Melalui Kearifan Lokal Dalam Berkarya cukup mudah dipahami maksud dari tema Ospek FBS 2012, yakni pengharapan tentang sumbangsih mahasiswa dalam lingkungan kampus yang multikultural (beraneka ragam)  melalui kearifan lokal yang dimiliki, sejauh ini itulah garis besar yang saya tangkap dari tema Ospek kali ini. Fakultas Bahasa dan Seni yang memilikii banyak mahasiswa dari latar belakang daerah, agama, adat istiadat bahkan bangsa yang berbeda diharap mampu menjadi tempat yang nyaman untuk saling bertoleransi dan bahkan saling mengisi, sehingga terjalinlah kehidupan masyarakat FBS yang harmonis tanpa meninggalkan kearifan lokal yang dimliki. 
Perkara benar ataupun salah pemahaman saya tentang tema yang diangkat pada Ospek kali ini, semoga saja keinginan atau harapan yang terangkum dari tema Ospek FBS ini mampu memberi perubahan ke arah yang lebih baik. Semua tergantung kepada diri sendiri. Sekecil apa pun sumbangsihnya dalam perubahan tentulah setidaknya kita pernah ikut andil di dalam sebuah perjuangan. Tabik!

TM OSPEK FBS Persiapan Tempur Pasukan Kampus Ungu


Apa yang perlu kita persiapkan ketika kita akan pergi berperang? Senjata? Amunisi? Baju besi? Mungkin. Tapi tidak untuk pasukan Mahasiswa Baru Fakultas Bahasa dan Seni. Sebab mereka bukan bertempur di medan perang sungguhan, melainkan berjuang menghadapi Ospek yang melelahkan, beberapa hari ke depan. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan dari selepas subuh hingga sore.
            Sejak pukul 07.00 (4/8), mahasiswa baru yang berjumlah 1.071 orang dikumpulkan di Lapangan Parkir C13. Mereka berkumpul sesuai dengan gugus-gugus yang telah di bentuk oleh tim panitia Ospek FBS dengan nama alat musik tradisional. Sebelum diberi informasi mengenai Ospek, mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah tersebut diajari jargon, yel-yel serta bermacam-macam lagu Ospek, serta tepuk FBS yang khas. Karena baru pertama kali bertemu dengan senior dan teman baru, para Maba masih tampak malu-malu.
            “Bersatu dalam karya, beragam dalam keluarga. Rahayu!” seruan itu berkali-kali menggema dalam ruang Stage Tari yang penuh sesak. Fajar Setiawan, selaku ketua panitia Ospek FBS, dalam sambutannya mengajak Maba agar bangga menjadi keluarga FBS. Dia juga berharap Maba bergembira dalam mengikuti rangkaian agenda Ospek. Semangat Maba pun sempat terpantik dengan orasi dari Arda Sedyoko, ketua BEM FBS yang juga sempat berpesan, “Kalian adalah orang yang dipilih untuk melajutkan bangsa ini. Dan sebagai orang yang berbudaya kita harus bisa bersikap.”
            Selanjutnya, Maba diperkenalkan dengan anggota masing-masing sie dan susunan kepanitiaan. Selain itu, Maba mendapat informasi penugasan Ospek yang harus mereka persiapkan. Di antara bebagai penugasan yang diberikan, Maba diwajibkan membawa kantong plastik putih polos sebagai wadah barang-barang keperluan Maba serta menulis portofolio.
            “Penggunaan kantong plastik ini merupakan kesepakatan 7 fakultas di UNY karena kalau pakai tas, di GOR nanti tempat duduknya tidak cukup. Sebenarnya FBS sempat mengusulkan paper bag (tas kertas), tapi entah mengapa teman-teman dari fakutas lain tidak menyetujui.  Akhirnya disepakati penggunaan plastik putih sebagai persatuan mahasiswa UNY, meski menurut saya itu tidak cukup etis digunakan untuk Ospek mahasiswa.” Tutur Hasfi, Koor. sie acara panitia Ospek FBS.
Anantha, mahasiswa baru Jurusan Seni Musik ini sempat mengutarakan keluhannya, “Penugasan yang pakai kresek itu cukup memberatkan, selain itu harus bangun pagi untuk kumpul pula.”
            Tugas lain yang tidak pernah absen adalah artikel atau portofolio. Tahun ini, universitas menetapkan tema “Aku Bangga Menjadi Mahasiswa Indonesia”. Tujuan tema ini agar  mahasiswa baru bangga menjadi mahasiswa sebagai agent of change. Berbeda dengan tema universitas, panitia Ospek FBS mengambil tema kebudayaan. Tujuan pengambilan tema ini supaya Maba lebih bangga dengan budaya Indonesia. Ketentuan penulisan dengan tangan pun juga memiliki tujuan, yaitu untuk menghindari plagiarisme.  Hal ini sekaligus menjadi latihan bagi Maba memasuki dunia mahasiswa yang sering berhadapan dengan tugas menulis seperti artikel dan sebagainya.
            Technical meeting (TM) Ospek FBS kali ini sempat diwarnai beberapa Maba yang sakit dan pingsan. Sie P3K segera memberikan penanganan sewajarnya. Namun, salah satu Maba sempat harus dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih karena kondisinya yang cukup mengkhawatirkan. Maba tersebut disinyalir menderita vertigo. Selain insiden mahasiswa pingsan, TM juga mengalami kemoloran karena ada Maba yang terlambat datang. Namun, secara umum agenda TM Ospek kali ini berjalan dengan cukup lancar. Koordinasi antar panitia pun berlangsung baik. Hal ini disampaikan oleh Hasfi.
            “Alhamdullillah lancar, ada beberapa kendala juga, sempat miskomunikasi dengan penjaga kampus. Koordinasi sudah bagus” sayangnya ketika ditanya detail miskomunikasi yang dimaksud, dia tak ingin memperinci.