Apa yang perlu kita persiapkan
ketika kita akan pergi berperang? Senjata? Amunisi? Baju besi? Mungkin. Tapi
tidak untuk pasukan Mahasiswa Baru Fakultas Bahasa dan Seni. Sebab mereka bukan
bertempur di medan perang sungguhan, melainkan berjuang menghadapi Ospek yang
melelahkan, beberapa hari ke depan. Mereka akan melakukan berbagai kegiatan dari
selepas subuh hingga sore.
Sejak
pukul 07.00 (4/8), mahasiswa baru yang berjumlah 1.071 orang dikumpulkan di Lapangan
Parkir C13. Mereka berkumpul sesuai dengan gugus-gugus yang telah di bentuk
oleh tim panitia Ospek FBS dengan nama alat musik tradisional. Sebelum diberi
informasi mengenai Ospek, mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah
tersebut diajari jargon, yel-yel serta bermacam-macam lagu Ospek, serta tepuk
FBS yang khas. Karena baru pertama kali bertemu dengan senior dan teman baru, para
Maba masih tampak malu-malu.
“Bersatu
dalam karya, beragam dalam keluarga. Rahayu!” seruan itu berkali-kali menggema
dalam ruang Stage Tari yang penuh sesak. Fajar Setiawan, selaku ketua panitia Ospek
FBS, dalam sambutannya mengajak Maba agar bangga menjadi keluarga FBS. Dia juga
berharap Maba bergembira dalam mengikuti rangkaian agenda Ospek. Semangat Maba
pun sempat terpantik dengan orasi dari Arda Sedyoko, ketua BEM FBS yang juga
sempat berpesan, “Kalian adalah orang yang dipilih untuk melajutkan bangsa ini.
Dan sebagai orang yang berbudaya kita harus bisa bersikap.”
Selanjutnya,
Maba diperkenalkan dengan anggota masing-masing sie dan susunan kepanitiaan. Selain itu, Maba mendapat informasi
penugasan Ospek yang harus mereka persiapkan. Di antara bebagai penugasan yang
diberikan, Maba diwajibkan membawa kantong plastik putih polos sebagai wadah
barang-barang keperluan Maba serta menulis portofolio.
“Penggunaan
kantong plastik ini merupakan kesepakatan 7 fakultas di UNY karena kalau pakai
tas, di GOR nanti tempat duduknya tidak cukup. Sebenarnya FBS sempat
mengusulkan paper bag (tas kertas),
tapi entah mengapa teman-teman dari fakutas lain tidak menyetujui. Akhirnya disepakati penggunaan plastik putih
sebagai persatuan mahasiswa UNY, meski menurut saya itu tidak cukup etis
digunakan untuk Ospek mahasiswa.” Tutur Hasfi, Koor. sie acara panitia Ospek FBS.
Anantha, mahasiswa baru Jurusan Seni
Musik ini sempat mengutarakan keluhannya, “Penugasan yang pakai kresek itu
cukup memberatkan, selain itu harus bangun pagi untuk kumpul pula.”
Tugas
lain yang tidak pernah absen adalah artikel atau portofolio. Tahun ini,
universitas menetapkan tema “Aku Bangga Menjadi Mahasiswa Indonesia”. Tujuan
tema ini agar mahasiswa baru bangga
menjadi mahasiswa sebagai agent of change.
Berbeda dengan tema universitas, panitia Ospek FBS mengambil tema kebudayaan.
Tujuan pengambilan tema ini supaya Maba lebih bangga dengan budaya Indonesia.
Ketentuan penulisan dengan tangan pun juga memiliki tujuan, yaitu untuk
menghindari plagiarisme. Hal ini
sekaligus menjadi latihan bagi Maba memasuki dunia mahasiswa yang sering
berhadapan dengan tugas menulis seperti artikel dan sebagainya.
Technical meeting (TM) Ospek FBS kali
ini sempat diwarnai beberapa Maba yang sakit dan pingsan. Sie P3K segera memberikan penanganan sewajarnya. Namun, salah satu Maba
sempat harus dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih karena kondisinya yang cukup
mengkhawatirkan. Maba tersebut disinyalir menderita vertigo. Selain insiden
mahasiswa pingsan, TM juga mengalami kemoloran karena ada Maba yang terlambat
datang. Namun, secara umum agenda TM Ospek kali ini berjalan dengan cukup
lancar. Koordinasi antar panitia pun berlangsung baik. Hal ini disampaikan oleh
Hasfi.
“Alhamdullillah lancar, ada beberapa kendala juga, sempat
miskomunikasi dengan penjaga kampus. Koordinasi sudah bagus” sayangnya ketika
ditanya detail miskomunikasi yang dimaksud, dia tak ingin memperinci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar