Label

Selasa, 30 Oktober 2012

MAHASISWA KANGEN SEMINAR YANG GRATIS


Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) terkenal dengan spirit kultural mahasiswanya yang kuat, seperti melestarikan budaya berbatik, ramainya latihan tari di Pendopo Tedjokusumo, alunan gamelan dari lab karawitan, atau gema musik dari mahasiswa seni musik yang berada di bawah pohon beringin. Dengan maraknya berbagai kegiatan tersebut, kampus ungu tidak pernah sepi dari hiruk pikuk berkesenian.
“Dahulu, FBS sering mengadakan acara ngobrol bareng bersama tokoh budayawan atau seniman besar,” ujar Mutia Sukma mengenang masa-masa kuliah di FBS. “Dan itu gratis untuk mahasiswa,” tambahnya.
Alumni mahasiswa jurusan sastra Indonesia tersebut juga menceritakan bahwa datangnya tokoh budayawan, tokoh seniman dapat menstimulasi mahasiswa untuk menjadi lebih akrab untuk mengapresiasi bentuk-bentuk kesenian atau kebudayaan. Sayangnya, akhir-akhir ini FBS jarang sekali mengadakan agenda semacam itu, kalaupun ada, acara seperti itu dihandel oleh Ormawa dan itu harus membayar fee. Tak jarang mahasiswa enggan mendaftar, karena mahalnya uang pendaftaran acara tersebut.
Sepinya tokoh budayawan atau tokoh seniman bukanlah pantangan untuk mahasiswa untuk mengekspresikan kesenian melalui pendidikan karakter.
“Sekarang kan eranya pendidikan karakter. Jadi, FBS mendatangkan acara yang berkaitan dengan pendidikan karakter seperti seminar internasional dengan pembicara Theo Wubles dari Belanda, yang semua itu sebenarnya tak jauh dengan namanya kesenian juga,” tutur Dr. Kun Setyaning A   stuti, M.Pd wakil dekan III FBS.
Bermula karena minimnya kegiatan yang dilaksanakan langsung oleh pihak FBS membuat Aksara penasaran. Hal semacam ini perlu disoroti. Maka, kami mencoba menelisik penyebab langkanya kegiatan mendatangkan tokoh besar. Sejalan dnegan apa yang sudah disampaikan di awal, apakah kegiatan tersebut sudah diwakilkan oleh pihak Ormawa? Jika benar demikian, maka uang kontribusi yang ditawarkan oleh panitia penyelenggara tentu memberatkan mahasiswa.
“Mahal sih mahal. Tapi kalau acaranya bagus ya nggak apa-apa lah,” ujar mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Muhammad Maulana Ismail.
“Jujur, kalau menurutku sih mahal karena kadang pembicaranya itu cuma dari tempat kita sendiri. Tapi ada juga sih yang sepadan sama seminarnya.” Seorang mahasiswi bernama Riyantini berujar.
Kegiatan temu tokoh budayawan dan sastrawan di FBS secara gratis dirindukan oleh banyak mahasiswa. FBS yang notabene merupakan kampus berbasis kesenian, memiliki tokoh-tokoh yang sudah dikenal secara nasional. Nyatanya pihak kampus, cenderung lebih membanggakan eksistensi mereka, dibandingkan memanfaatkan mereka untuk berbagi ilmu. “Misalkan ada banyak alumni FBS yang sudah diterima dan bekerja di perusahaan besar di luar, semisal media koran atau pekerja film. Itulah yang membawa FBS makin tampak eksistensinya,” kata Wakil Dekan III. (nur/maw)

PRESIDEN JANCUKERS BICARA PLURALISME



             Sejak pukul 09.00 WIB (06/10) para mahasiswa berkumpul di depan Stage Tari Tejokusumo FBS UNY. Mereka datang bukan karena ada demo, orasi besar-besaran, atau hal-hal yang berbau anarkis, mereka  datang untuk mengikuti acara seminar kebudayaan. Seminar ini berjudul “Sinergitas Pluralisme dalam Eksistensi Seni dan Budaya”. Para peserta yang kebanyakan mahasiswa, terlihat sangat antusias mengikuti acara seminar.  Memang pemateri dalam seminar kebudayaan ini tidak tanggung-tanggung, yaitu Cak Suijwo Tedjo, budayawan nyentrik, sekaligus Presiden Jancukers.
            Acara seminar dibuka dengan tari kebudayaan. Lalu dilanjutkan dengan sambutan-sambutan dari ketua panitia seminar yaitu Afsari, ketua BEM Arda Sedyoko, dan Wakil Dekan 3 Dr. Kun Setyaning Astuti M.Pd secara bergantian. Acara pertama diisi dengan stadium general oleh Sugito. Stadium general dibuka dengan guyonan yang menghibur. Mas Gito, panggilan akrabnya, juga sempat mengkritik tema yang diusung panitia. Menurutnya, judul seminar ini terlalu sulit di hafal dan terlalu bertele-tele. Ia pun membahas tentang esensi kondisi pluralisme di Indonesia sekarang ini.
            Stadium general usai, acara sempat kosong beberapa menit. Hal ini membuat peserta sedikit bosan, kekosongan yang rencananya diisi dengan hiburan dari UKM Kamasetra tidak jadi tampil. Penonton  sempat kecewa dan gaduh dengan gagalnya penampilan UKM Kamasetra.
            Acara inti diisi oleh Cak Sujiwo Tedjo. Presiden Jancukers itu mengajak  peserta duduk lesehan. Sujiwo menyampaikan beberapa hal tentang kebudayaan, kesenian yang beraneka ragam di Indonesia. Semua kebudayaan yang negara kita miliki merupakan identitas diri. Namun, tidak harus menutup diri terhadap datangnya sebuah kebudayaan luar. Intinya, sejauh mana kita memilah dan mengemasnya sehingga menjadi lebih menarik dan tidak meninggalkan ke-Indonesia-an kita.
            Bincang-bincang serius dengan Sujiwo dipurnai dengan sharing atau tanya jawab, sesekali budayawan nyentrik itu bernyanyi bersama dengan mahasiswa. Sehingga tidak salah jika Sujiwo menjawab pertanyaan peserta seminar dengan cara bernyanyi.
“Dalam acara ini berbeda dengan acara seminar-seminar yang lain dikarenakan tempat dan pembicara sendiri yang membuat acara ini menjadi nggak begitu formal. Pesertanya aja di suruh maju sama pembicaranya, acara nya sendiri langsung spontan,” tutur Afsari mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Prancis.
            Ketika ditanyai mengenai acara seminar ini,  komentar para peserta pun beragam, salah satunya Erik, mahasiswa Seni Rupa  “Acara hari ini menyenangkan banyak hal-hal yang dapat diambil dan juga sertifikatnya.” Akan tetapi ia juga menggaris bawahi persoalan seperti tempat dan jalannya acaranya. “Tempatnya nyaman nggak nyaman, tapi asyik-asyik aja. Tapi juga lebih di cari tempat yang lebih nyaman lagi. Karena basic dari tempatnya bukan buat seminar tapi buat pertunjukan.” Mengenai jalan acaranya, ia mengomentari  dan memberi masukan, “Sempet kecewa sama acaranya tadi, dengan kekosongan acara, tapi ke depannya di atur lebih baik lagi. Jangan kejadian yang kaya tadi terulang lagi, kan yang harusnya tampil malah nggak jadi tampil.” (RAP & LMK)

INDIKATOR OKTOBER



Fakultas Bahasa dan Seni merupakan tempat bibit-bibit sastrawan, seniman dan budayawan. Soleh karena itu, kedatangan para sastrawan, seniman, dan budayawan dibutuhkan bagi mahasiswa. Selain mendapat pengalaman baru, mahasiswa juga dapat mengetahui bagaimana sastrawan, seniman dan budayawan sebenarnya.
Untuk melihat sejauh mana urgensi kedatangan sastrawan, seniman dan budayawan bagi mahasiswa FBS, kami menyebar polling kepada 100 responden. Dari data tersebut kami memperoleh 100% mahasiswa menyatakan setuju mendatangkan sastrawan, seniman dan budayawan ke FBS itu sangat penting.
Di samping itu kami juga menyebar polling terkait biaya yang cukup mahal untuk bertemu sastrawan, seniman dan budayawan. Dari 100 responden, 35 % menyatakan setuju untuk membayar mahal dan 65 % tidak setuju untuk membayar mahal agar bisa bertemu dengan sastrawan, seniman dan budayawan.

MENGHADIRKAN KRITIK MELALUI RSJ



Kajian drama merupakan mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa semester 5. Terkait mata kuliah tersebut, mahasiswa angkatan 2010 prodi PBSI kelas K melaksanakan latihan rutin untuk pementasan ujian akhir semester (UAS). Drama yang akan mereka pentaskan berjudul Rumah Sakit Jiwa(RSJ).”RSJ ini menceritakan tentang kritik poilitik untuk negara, sebenarnya RSJ ini mengkritisi masa Orba. Tapi karena Orba itu udah lama jadinya kita kaitkan dengan keadaan yang sekarang,” tutur Aini selaku pimpinan proyek drama kelas K.
“Untuk awal-awal latihan kita mencoba adaptasi diri sendiri dulu, kan kita di sini banyak yang ikut Hima maupun organisasi luar kampus, tapi ada juga yang tidak ikut sama sekali, jadi kita mencoba adaptasi diri sendiri dulu, latihan sampe malam,” ujar Aini.
Kelas K rutin melaksanakan latihan pukul 19.00 WIB setiap hari Senin, Rabu, Kamis, Minggu bertempat di Lapangan C.13. Pementasan yang akan dilaksanakan pertengahan Desember ini di sutradarai oleh Sandy, dan untuk supervisor, kelas K meminta bantuan Ali Safaat dari kampus Akprind.
Terkait masalah chemistry di panggung, mereka sudah mendapatkannya. Hal ini diungkapkan Aini, “Untuk chemistry sendiri kelas K udah dapet, karena sebelumnya kita ada pementasan puisi yang itu menjadi nilai plus tersendiri untuk kita.” Pementasan puisi tersebut selain untuk membangun chemistry juga untuk menambah pengalaman panggung. Sehingga ketika pentas sudah tidak canggung dengan keadaan di panggung.
Demi kesuksesan drama, kelas K memiliki beberapa prinsip yang diberlakukan bagi setiap peserta latihan drama. Pertama, memberlakukan sistem wajib datang. Kedua, sistem kesadaran pribadi. Selain itu kelas K juga mengadakan sistem denda,”Demi kebersamaan juga, kita mengadakan sistem denda, jadi setiap latihan semuanya wajib datang, bagi yang tidak datang tanpa informasi dan alasan yang tidak jelas akan kita denda.” (Lani/Nuri)

KISAH ROMANTIS DI BAWAH LANGIT NEW YORK



Judul               : Sunshine Becomes You
Penulis             : Ilana Tan
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan           : Januari 2012
Tebal               : 432 halaman
Peresensi         : Aisha Sri Rejeki*

Ilana Tan, sebuah nama yang tak asing di telinga, tetapi masih menjadi tanda tanya yang besar di kepala. Seorang penulis misterius yang mampu menyuguhkan latar-latar romantis dalam setiap karyanya ini belum diketahui. Siapakah dia sebenarnya? Kehadirannya di dunia kepenulisan meluncur begitu saja tanpa meninggalkan jejak-jejak identitas. Karyanya berupa tetralogi 4 Musim menjadi alat pelambung kepopuleran namanya di kalangan pecinta novel romantis. Caranya menuangkan apa yang ada di kepala ke dalam setiap karyanya menimbulkan kesimpulan bahwa dia pernah tinggal di kota-kota tersebut dalam jangka waktu tertentu.
Dalam perkembangan tulisannya, Ilana Tan banyak menyuguhkan latar-latar manca yang menjadikan novel-novelnya berbeda dengan novel-novel yang lain. Telah  menjadi ciri khas seorang Ilana Tan dalam memenuhi halaman kosong menjadi bacaan yang memukau dengan keromantisan ceritanya dan alur yang tidak biasa. Keempat karyanya yang menggebrak dunia sastra Indonesia akhir-akhir ini terangkum dalam sebutan tetralogi 4 Musim yang terdiri atas empat novel berseri. Novel pertamanya berjudul Summer in Seoul, dan berturut-turut Autumn in Paris, Winter in Tokyo, dan Spring in London.
 Berselang waktu dua tahun dari novel bungsu tetraloginya Spring in London, Ilana Tan menyuguhkan sebuah novel dengan latar tempat New York sebagai kota yang terkenal besar dan sibuk di benua Amerika. Seperti novel-novelnya yang lain, tema cinta tak dapat dipisahkan dari novel ini. Sunshine Becomse You menyuguhkan sebuah bacaan ringan yang romantis dan dikemas secara menarik dalam bahasa ringan khas Ilana Tan.
Novel ini bercerita bahwa impian merupakan sesuatu yang harus diwujudkan meski harus mengorbankan nyawa. Cara mencintai secara tulus dan mampu menerima apa adanya. Juga bagaimana menjaga hubungan persaudaraan yang tak akan retak saat Alex dan adiknya yang bernama Ray mencintai wanita yang sama.
Novel ini mengandung pelajaran berharga untuk pembaca yang ingin mengerti apa itu cinta sejati. Cinta yang tak akan mati meski orang yang menciptakan cinta itu sendiri telah tiada. Mengajarkan optimisme yang tinggi untuk mewujudkan impian yang telah lama dikejarnya. Sekaligus betapa sulitnya menahan perasaan egois yang akhirnya dapat merugikan orang lain.
Sebenarnya dia mampu, tapi seandainya keadaan memungkinkan, seandainya dan seandainya. Semua itu bukan untuk merenungi nasib, tapi untuk bersyukur dengan keadaan kita sekarang. Cinta itu mampu tumbuh karena terbiasa oleh keadaan yang memaksamu untuk bersamanya. Meski sebelumnya engkau membencinya setengah mati, dan parahnya dialah orang yang menyengsarakan hidupmu.
Novel dengan cap National Bestseller ini mampu mengubah kota New York yang terkenal dengan keindividualannya menjadi kota yang bersahabat dan kecitraannya berubah oleh kehadiran tokoh-tokohnya yang ramah dan selalu berfikiran positif dalam setiap menghadapi masalah. Bagaimana mengubah kemarahan menjadi suatu kebijakan yang sangat indah. Bagaimana kehidupan bisa tetap berlanjut meski tanpa harapan dan disaat yang tidak diduga datanglah pertolongan.
Sunshine Becomes You, ini kisah yang terjadi di bawah langit New York. Tentang harapan yang muncul di tengah keputusasaan. Tentang impian yang bertahan di antara keraguan. Dan tentang cinta yang memberikan alasan untuk bertahan hidup. Jadi siapkan diri Anda untuk menyelami kota New York dengan keromantisan dan ketulusan yang dihadirkannya.
*Penyuka film romantis