Label

Kamis, 16 Mei 2013

DISKUSI “KEGALAUAN PENDIDIKAN NASIONAL” KEPEDULIAN ORMAWA TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kamis (02/05)  bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), aliansi ormawa FBS mengadakan diskusi bertajuk “Kegalauan Pendidikan Nasional.” Diskusi tersebut diadakan di Pendopo Tedjokusumo FBS UNY. Diskusi ini menghadirkan jajaran dekanat yang meliputi Prof. Dr. Zamzani (Dekan FBS UNY), Dr. Widyastuti Purbani (WD I FBS UNY), Sudarmaji, M. Pd. (WD II FBS UNY), serta Dr. Kun Setyaning Astuti, M. Pd (WD III FBS UNY) sebagai pembicara.

Kebetulan acara Diskusi Hardiknas bertepatan dengan salah satu acara BEM FBS yang letaknya berdekatan. Ketika dikonfirmasi mengapa bersamaan, Septianto Hutama (Tama) selaku ketua panitia mengatakan bahwa banyak teman-teman yang mempertanyakan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, bertepatan dengan Hardiknas diadakan diskusi mengenai pendidikan di Indonesia.

Diskusi bertajuk Kegalauan Pendidikan Nasional ini merupakan karya aliansi yang terdiri dari 11 ormawa yaitu, Hima PBSI, KMSI, Hiper, Hijaw, BDS, EDSA, Himaseta, Himasik, Hima Seruker, UKMF Limlarts, dan UKMF Sangkala. Acara ini tidak diikuti oleh BEM dan DPM FBS. Hal ini diamini oleh Tama, “Untuk itu kan kita tau bahwa DPM sebagai lembaga legislatif ya, dan untuk kegiatan yang sifatnya pementasan atau diskusi kayak gini ya biasanya tidak melaksanakannya. Untuk BEM sendiri, kita sudah mengajaknya tapi kebetulan ada acara pada hari ini,” ujar Tama.

Untuk dana acara diskusi sendiri Tama, ketua panitia mengatakan bahwa dana yang dipakai untuk acara Diskusi Hardiknas tidak menggunakan dana DIPA masing-masing ormawa melainkan dana pribadi dari panitia.

Terlepas dari hal tersebut, diskusi berlangsung lancar. Meskipun terdapat dua acara yang bersamaan dalam lokasi yang berdekatan tidak mengurangi animo massa untuk hadir. Seperti dikatakan Tama, “Ketika acaranya bareng ya silahkan mau nonton yang ini atau nonton yang disana monggo. Ya itu kan berarti tergantung pribadi masing-masing. Kita nggak bisa memaksa.”

Tama juga menambahkan bahwa peserta diskusi yang hadir adalah anggota dari masing-masing Hima, “Untuk terkait dari itu, dari sebelas ormawa itu punya yang namanya anggota. Nah kita berdayakan anggota itu untuk hadir pada malam hari ini.

Diskusi Kegalauan Pendidikan juga menarik karena setiap pembicara memiliki pandangannya masing-masing mengenai pendidikan di Indonesia. Pak Zamzani berpendapat bahwa kejujuran adalah modal yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Beliau juga mengemukakan idenya tentang bagaimana memperkenalkan Indonesia melalui karakter-karakter tokoh dalam buku teks.

Kemudian WD I, Ibu Widi yang memiliki pandangan bahwa UAN sebagai tolok ukur kelulusan itu tidak sesuai, karena proses selama belajar bertahun-tahun di sekolah merupakan proses yang harus dihargai. Sedangkan Pak Aji, selaku WD II lebih mengangkat local wisdom, dimana KTSP lebih cocok dengan local wisdom Indonesia dibandingkan kurikulum 2013. Lain halnya dengan WD III kita, Ibu Kun yang lebih cenderung pada kurikulum 2013 karena dengan begitu Indonesia bisa bersaing dengan luar negeri.

Selain bincang-bincang dengan dekanat, acara diskusi juga dimeriahkan dengan penampilan dari masing-masing Hima. Mulai dari membaca puisi hingga akustik dan juga musikalisasi puisi.

Namun, sebelum acara talkshow dimulai ada pembacaan ikrar oleh Bapak Zamzami. Ketika dikonfirmasi mengapa disisipi pembacaan ikrar, Tama mengatakan bahwa hal ini merupakan kesepakatan dari ormawa-ormawa karena ketika malam pelantikan mereka kecewa tidak ada pembacaan ikrar.

Kalo itu sendiri kesepakatan dari teman-teman ormawa dan mungkin ada kekecewaan juga bahwa pada malam pelantikan kita tidak ada ikrar dan juga diskusi dengan dekanat. Malam hari ini kita mengadakan acara bersama-sama jadi mengapa tidak kita adakan ikrar?” ujar Tama.

Terkait dengan acara yang bersamaan dengan open house BEM FBS, banyak menanyakan apakah acara ini melanggar FOM ( Forum Organisasi Mahasiswa). Menurut Tama hal ini tidak melanggar kesepakatan FOM karena menurutnya acara yang diadakan bisa berbagi, selain itu acara diskusi ini sudah dikonsep jauh-jauh hari sebelum tanggal 2 Mei.

Kalau FOM sendiri saya kira tidak. Mungkin untuk acara ini pun sebelum ada undangan dari BEM untuk acara tanggal 2 itu kita udah bikin konsep,” tutur Tama.

Hal ini juga diamini oleh Deni, mahasiswa Perancis ’09 yang juga anggota BEM FBS 2012. Menurut Deni, acara ini tidak melangar FOM, karena dalam FOM sendiri tidak mengatur dan melarang acara yang bersamaan (bentrok –red). FOM sendiri merupakan tempat untuk membicarakan kebijakan acara-acara ormawa agar tidak bertabrakan waktunya. Dengan kata lain FOM menjadi wadah diskusi ormawa dalam mengatur penyelenggaraan acara.

Deni sendiri menyayangkan hal ini, seharusnya dengan adanya FOM masing-masing ormawa bisa bersinergi, saling berkomunikasi dan berdiskusi mengenai tanggal. Sehingga acara yang besar dan sama-sama menarik tidak diadakan bersamaan.  Karena jika dilihat dari kacamata orang awam, terlihat koordinasi antar ormawa di FBS kurang atau bahkan tidak ada.

Apakah sudah tidak ada koordinasi didalamnya, apakah sudah tidak ada sinkronisasi antara kedua belah pihak? Kalo begini kan harusnya bisa mengalah, entah yang satu sore yang satu malam, atau apa,” tutur Deni ketika menikmati penampilan salah satu Hima.

Selain Deni, Bintang anggota UKMF Limlarts yang juga mengikuti diskusi mengatakan bahwa acara ini keren, “Menurut saya ini keren, selain BBM dan Angkring lho,” kata Bintang.

Lain dengan Ryan, menurutnya acara ini cukup menarik karena membahas tentang kegalauan pendidikan dan juga bisa menghadirkan seluruh jajaran dekanat dalam satu waktu. “ Bagus, selain tema diskusinya menarik. Juga bisa menghadirkan seluruh jajaran dekanat. Biasanya kan dekanat tanpil satu-satu, tidak barengan seperti ini,” tutur Ryan mahasiswa FBS ’11.

Terlepas dari acara yang bersamaan dengan acara lain, harapannya adalah pendidikan di Indonesia bisa lebih baik dari yang sekarang. Selain itu ormawa-ormawa yang ada di FBS juga bisa saling bekerjasama mengadakan acara yang tidak kalah baiknya untuk warga FBS.

Seperti Deni yang berharap dengan kejadian ini ormawa bisa saling memahami dan menghormati sehingga FOM bisa berfungsi dengan baik. Karena dalam FOM sudah mengatur  bagaimana pengambilan keputusan yang harus diambil ketua ormawa, siapa yang mengkoordinasi, dan bagaimana memutuskan sebuah permasalahan.

Itu sudah diatur, sekarang tinggal bagaimana ormawa-ormawa itu mau belajar mengenai FOM. Kalo FOM sudah mereka kuasai, sudah mereka pelajari, kejadian seperti ini nggak akan terulang. Kalo orang-orang ormawa itu klop, nggak akan seperti ini,” tutur  Deni menjelaskan.

Sama halnya dengan Tama yang berharap dengan adanya acara ini, seluruh ormawa dapat bekerjasama dan saling menggandeng satu sama lain sehingga bisa menciptakan acara bersama yang digawangi oleh seluruh ormawa di FBS.


Nanti bisa bergandengan dengan semua ormawa, dengan BEM, Al Huda, Kreativa,dan  IMPB bisa mengadakan acara bersama-sama,” tutur Tama. (Nuri/Yeni)

Tidak ada komentar: