Label

Selasa, 26 Agustus 2014

MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI OSPEK FBS

Technical Meeting atau yang biasa disebut dengan TM adalah salah satu agenda wajib praospek yang harus diikuti oleh para mahasiswa baru. Selain untuk menjelaskan apa saja yangharus dipersiapkan saat ospek, TM juga menjadi ajang para maba untuk saling mengenal mahasiswa lainnya yang menjadi teman gugusnya. 

TM biasanya diisi dengan pengenalan yel-yel yang akan membuat suasana menjadi ramai dan meriah. Namun semua itu tidak dirasakan oleh Indhira Resky Imandari atau yang akrab dipanggil Riri, mahasiswa seni Kerajinan. Riri adalah seorang mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus, dalam hal ini Riri tidak bisa mendengar. Tentu sulit bagi Riri untuk mengikuti serangkaian acara TM dan memahami penugasan apa saja yang harus dipersiapkan selama ospek. 

Hal ini ditambahkan dengan tidak samanya antara penugasan yang dibacakan dengan apa yang ditayangkan di slide, seperti apa yang disampaikan oleh Okti, mahasiswa PLB UNY 2009 sekaligus aktivis komunitas dif-art, pendamping pribadi Riri, “Menurut saya ospek FBS belum siap dengan adanya teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus, tadi aja pas pembacaan tugas yang di slide sama yang di bacain ngga sama, kan jadi kasihan Ririnya.”

Ketidaksiapan Ospek FBS dengan adanya mahasiswa berkebutuhan khusus diakui juga oleh Dwi mahasiswa PBI 2012 selaku koor tim advokasi, “Jujur ini kan baru pertama di FBS ada mahasiswa seperti ini, jadi kita awal ngga mempersiapkan apapun. Kalau TM kemarin kan kebantu sama pendampingnya, juga dari pihak kami ada yang bisa mengerti, cuma kemarin memang dari teman-temannya belum mengerti, jadi ada keluhan itu.”

Terlebih untuk persoalan penugasan, “Tidak kecewa sih, cuma bingung, kadang pas tanya sama maba yang normal saja mereka jawabnya masih bingung, apalagi saya,” jelas Riri dengan bantuan pendamping saat ditanya. 

Riri sendiri mengakui bahwa saat TM pertama banyak yang belum paham dengan keadaan Riri, namun ketika sudah kumpul gugus dan diberikan arahan oleh pemandu Riri akui bahwa beberapa teman perempuan sudah ada yang mau berkenalan, hanya saja memang untuk teman laki-laki belum ada yang kenal. 

Untungnya dari pihak SPK selama dua hari TM dan selama persiapan ospek Riri diizinkan untuk didampingi dari luar FBS, hanya saja untuk masalah ospek sampai TM kedua berlangsung belum ada keputusan yang pasti dari pihak panitia,pernyataan ini juga ditegaskan oleh Adi selaku anggota SPK, “Kemarin kan ibunya Riri memang datang dan meminta untuk mendampingi, tapi dari kami belum ada keputusan, masih dalam pertimbangan. Hanya saja memang kalau untuk TM dan persiapan pendamping dari luar masih gapapa.” 

Menurut keterangan Laili (PBSI/2012) memang dari awal untuk Riri sendiri tidak ada pertimbangan akan dibagi di gugus apa dan dengan pemandu siapa.

Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini, karena ini memang hal baru bagi panitia ospek FBS, hanya saja banyak evaluasi untuk ospek FBS ke depan agar lebih perhatian dengan kaum minoritas seperti yang dialami oleh Riri sekarang. Seperti apa yang disampaikan Albian selaku koor Pemandu, “mungkin yang jelas dari panitia, terlebih dari pihak P3K yang memang ranahnya, untuk mempersiapkan lebih matang lagi.”

Harapan Riri pun tidak banyak, cukuplah diterima, dibantu dan didampingi. “jangan sampai teman-teman difable seperti saya dibiarkan sendiri, karena dari luar mungkin normal” jelas Riri dengan bahasa isyaratnya.

Tidak ada komentar: