Label

Kamis, 30 Oktober 2014

DARI TAMU MENJADI TEMU

Andrian Eksa


“Di pendopo inilah terjadi dialog antara pemilik rumah dengan sanak saudara atau tetangga dan masyarakat umum”
-Suseno

Pada umumnya pendopo berfungsi sebagai tempat upacara dan pertemuan bangsawan dengan megarsarinya yang lebih bersifat mewadahi kegiatan keluarga. Namun, berangkat dari pendapat Suseno di atas, dapat kita ketahui jika pendopo tidak hanya digunakan untuk acara keluarga, melainkan juga untuk orang lain—di luar keluarga.

Lalu, bagaimana dengan pendopo yang dibangun di tempat pendidikan? Apakah hanya sebagai tempat penerimaan tamu? Tentu saja tidak. Seperti Pendopo Tedjokusumo di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pendopo yang dibangun di depan Stage Tari ini memiliki keunikan tersendiri. Pendopo Tedjokusumo ini disangga oleh dua belas tiang. Sedangkan pada umumnya pendopo hanya disangga oleh empat tiang.

Selain sebagai penerimaan tamu sementara—sebelum memasuki Stage Tari, Pendopo Tedjokusumo juga digunakan sebagai tempat latihan menari, pagelaran seni pertunjukan, pembelajaran, atau sekadar untuk berkumpul. Hampir tidak pernah sepi tempat yang satu ini. Sebab di tempat ini udara sangat enak untuk dinikmati. Tidak ada dinding yang menyekat, jadi udara lebih segar. Selain itu, kekeluargaan juga semakin terasa erat.

Di antara Pendopo Tedjokusumo dan Stage Tari juga dibangun sebuah bangunan yang kedudukannya lebih tinggi dari Pendopo Tedjokusumo. Bangunan ini dilingkupi oleh dinding masif, kecuali  yang menghadap ke pendopo. Bangunan ini sering disebut Pringgitan. Atau tempat yang biasanya digunakan sebagai tempat pagelaran wayang. Sama seperti namanya, Pringgitan, ini didasarkan pada kata ringgit yang berarti wayang. Bangunan yang menjadi penghubung antara Pendopo Tedjokusumo dan Stage Tari ini diharapkan bisa menjadi pengantar atau jalan menuju tempat yang lebih baik. Tempat untuk belajar memahami diri sebelum memasuki Stage Tari. Seperti itulah yang diharapkan. Karena di Pringgitan juga sebagai tempat pagelaran wayang—di mana wayang sebagai bahan belajar manusia.

Namun tetap saja, di hari-hari biasa, kedua tempat ini hanya sebagai tempat berkumpul. Tempat bertemu, bukan bertamu. Karena tempat ini bukan pendopo dan pringgitan yang disakralkan seperti di keraton.


Jogja, Oktober 2014

Tidak ada komentar: