Label

Sabtu, 20 Desember 2014

SURAT IMAJINER BUAT KETUA BEM FBS



Ini adalah penghujung tahun. Tahun di mana saya menjadi warga sah FBS, tahun di mana saya harus siap-siap mengemas lembar-lembar tugas yang berisi pilihan ganda dari para dosen, mengemas jas almamater kebanggaan.



Ketua BEM terpilih,

Saya harus menulis surat ini dengan perasaan yang teraduk-aduk, sedih, campur haru yang meruak. Surat ini anggaplah sebuah silaturrahmi bahasa karena pada hari Kamis 11 Desember lalu saya tidak hadir dalam debat calon ketua BEM FBS. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Anda, izinkanlah saya mengajak Anda keliling-keliling di sekitar FBS, dengan tanpa fisik Anda bersama saya, sebagai sebuah upaya pendekatan personal antara saya dan Anda.



Saya akan memulainya dari sini, di taman gedung Cine Club, atau depan C 15, karena di gedung inilah saya kerap melintas pulang dari kuliah. Pembicaraan serius akan saya mulai dari sini, dari mobil-mobil yang diparkir di depan gedung ini. Saya tidak tahu pada tanggal, bulan, dan tahun berapa kebijakan baru FBS turun dengan mengizinkan halaman yang sekaligus area lalu lintas mahasiswa dijadikan tempat  parkir mobil. Saya juga tidak tahu, apakah mobil itu milik tamu pejabat, dosen atau mahasiswa. Saya hanya tahu, tempat ini telah mengganggu stabilitas dan mobilitas warga FBS. Tahun 2011-2012 mobil-mobil itu belum ada, dan kini jumlah kendaraan orang-orang hight class itu jumlahnya lebih dari tiga. Bisa dibayangkan di tahun ketika Anda menjabat sebagai ketua BEM ke depan.



Pak Ketua,

Saya tidak habis pikir, jika mobil-mobil itu milik dosen kita, dan sangat disayangkan jika martabat dan pangkat mereka disetarakan dengan keberhasilannya mengendari roda empat tersebut. Saya begini bukan iri hati, bukan pula sinis pada dosen, atau apatis terhadap teknologi canggih tersebut. Tetapi, jika kaos oblong, celana bolong di lutut, atau rambut gondrong saja diprotes matian-matian, atau kalau tidak ikut perintah tidak dapat nilai dari dosen bersangkutan, akankah kebijakan ini imbang? Tidak. Tidak. Jelas ini yang dimaksud dengan kekerasan epistemologi.



Ketua BEM yang saya hormati,

Saya yakin, dari jurusan mana pun Anda mengambil studi,  Anda pasti membaca buku. Kalau Anda tidak suka membaca buku, saya pastikan Anda bukanlah ketua BEM Fakultas Bahasa dan Seni. Kalau begitu, mari sama-sama ke perpustakaan kita yang terletak di GK 1 bagian muka sayap barat. Anda tahu, perpustakaan ini dikenal sebagai perpustakaan yang tidak boleh berkembang! Mengapa, Mimesis buletin milik KMSI edisi keenam tahun 2014 meliput peristiwa itu, mewawancarai Dr. Widyastuti Purbani, MA. wakil dekan I FBS. Atau, Anda bisa temukan juga investigasi ini saat Aksara buletin bulanan Kreativa yaitu tahun 2013 lampau.


Begini, Pak Ketua BEM,

Kebijakan perpustakaan di UNY bersifat sentralistik, demikian juga yang dikatakan Dr. Widyastuti Purbani, MA. wakil dekan kita sekarang. Kata beliau lagi, Perpustakaan FBS kita tidak boleh membesar. Dari pihak dekanat juga tidak ingin membesarkan perpustakaan fakultas karena fungsinya mengakomodasi yang tidak terakomodasi di perpusktaan universitas (hlm. 4). Ya, begitu kata beliau. Apa yang saya katakan pada Anda tidak ada maksud provokatif. Saya tahu Bu Widi pun tidak bisa apa-apa ketika apa yang disampaikannya pada Mimesis adalah kebenaran dari rektorat. Perlu Anda tahu, perpustakaan kita ini melakukan pengadaan buku yaitu pada tahun 2010. Selebihnya buku-buku tersebut didapatkan secara suka rela dari pengarangnya.


Akhir dari investigasi Aksara dan Mimesis tidak membuahkan hasil. Kata-kata mereka hanyalah teriakan yang tidak perlu didengar. Pers kita di fakultas ini adanya seperti tidak adanya. Pers kita lalu tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi, saya sebagai warga FBS masih optimis, menaruh kepercayaan serta loyalitas seorang ketua BEM yang suaranya dapat didengar oleh seluruh warga FBS mulai dari tukang parkir, satpam, cleaning service, hingga ruang-ruang berdingin dosen kita.


Sebagai ketua BEM, Anda tahu di sana bukanlah tempat rekreasi atau tempat untuk menemukan pengalaman indah dan inspiratif. BEM adalah pejabat tertinggi dalam Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang berkantor di Pusat Kegiatan Mahasiswa. Saya yakin siapa pun Anda juga tidak akan banyak memihak orang-orang yang mendukung Anda saat kampanye. Anda sekarang pasti menganggap, lawan Anda tersebut bukanlah gunung yang membentang yang mencegah gerak Anda ke kursi Ketua BEM. Lawan Anda adalah saksi kreatif, yang selalu memberi Anda tantangan dan stimulus demi membangun FBS yang berbudaya ke depan. Bagi saya, ketua BEM yang baik adalah pribadi yang menjadi tiang sandaran sekaligus kabel penyalur mahasiswa ke birokrat FBS.


Pak Ketua,

Ada banyak hal yang ingin saya tunjukkan kepada Anda. Termasuk Pendopo Tedjokusumo, misalnya. Tentu Anda tahu setiap Ormawa yang hendak memakai tempat itu harus menyewa. Sepertinya, perbincangan kita ini sampai di sini dulu. Suatu hari nanti, di tengah kesibukan dan semangat Anda, saya akan dengan lancang mengajak Anda mengobrol lagi tentang kampus kita. Jaga kesehatan dan selamat beraktivitas.



Mawaidi, tinggal di kampuskata@yahoo.com

Sumber:http://novtani.wordpress.com

Tidak ada komentar: