Bagaimanapun
aku harus pergi, harus lari! Apa yang dia tuduhkan pasti salah, pasti keliru.
Mereka bilang aku lupa! Aku keliru karena melupakan hal yang teramat penting
bahkan lebih penting dari semua pencapaianku. Kata mereka aku kurang eling
pada apa yang kulakukan selama ini. Padahal Aku dengan sadar melakukannya.
Bagaimana mungkin aku lupa? Aku ingat semuanya, aku yakin.
Jika
kalian tidak percaya aku akan mulai bercerita. Agar kalian tahu. Agar kalian
mengerti jika perlu dengan sangat detail agar kalian tahu bagaimana aku
mencapai hal yang aku mau. Maka, kalian akan tahu bahwa mereka telah menuduhkan
hal yang tidak benar padaku. Salah besar.
Pertama
kali aku menginjak kota ini memang aku sangat mengaguminya. Seketika aku merasa
bahwa aku berada di kota yang tepat. Yogyakarta akan menjadi teman dalam aku
meraih apa yang aku mau.
Pagi
ini aku dikumpulkan secara massal di suatu ruangan. Gemuruh sudah terdengar
dari luar, jauh sebelum aku masuk di dalamnya. Dadaku berdesir. Inikah batas
yang sebentar lagi aku lalui. Beberapa menit lagi aku akan melihat dunia baru
tepat di depan mataku. Aku bersiap.
Sampai
di ambang pintu aku jadi gemetar. Di dalam sepertinya amat riuh. Kala itu aku
sudah bersama dengan sesamaku. Ratusan orang sesamaku akan bersama-sama
denganku melewati pintu dan masuk ke dunia yang masih belum bisa aku bayangkan.
Lagi-lagi
dadaku bergemuruh dan kali ini sangat hebat. Itu terjadi tepat saat kakiku
mulai masuk dan berpindah pilar. Di hadapanku telah menunggu pula sesamaku.
Jika aku berangkat dengan sesama yang hampir mencapai seribu orang, di dalam
ruangan itu aku melihat ribuan sesamaku. Sangat banyak sekali. sangat riuh
sekali. mereka penuh semangat yang berapi-api. Pun diriku.
Aku
merasa ada api berkobar dalam diriku dan dalam ribuan orang ini. Jantungku
terpacu, darahku mendidih mendengar seruan-seruan yang menggema di udara.
Keluar dari atap yang aku pandang. Terdengar dari kursi yang aku duduki. Dan
terdengar dari lantai yang aku pijak. Semuanya berseru bahwa kita satu. Kita
mahasiswa Indonesia. Hidup Mahasiswa Indonesia!
Apa
kalian bisa membayangkan bagaimana perasaanku saat itu. Ini kali pertama aku
disebut demikian itu. Dengan suara yang lantang,. Dengan bunyi yang
menggelegar. Aku masih mengingatnya bukan? Coba kalian bayangkan!
Uforia
itu tak pernah padam sampai sekarang. Semangat itu masih merah, masih
berapi-api. Ospek bukan satu-satunya hal yang membuatku takjub. Itu hanya
sebuah hal kecil yang membuka sesuatu yang besar. Dan aku semakin senang berada
di sini.
Aktivis.
Sebutan yang sangat keren menurutku. Kakak-kakak mahasiswa yang menjadi aktivis
sering kali kulihat wajahnya sedang bersambutan atau berorasi tentang mahasiswa
dan negeri ini. Mereka terlihat lebih keren lagi. Aku sering terbawa jika salah
seorang aktivis idolaku sedang berorasi tentang pemerintah yang selalu
semena-mena dengan rakyat atau soal koruptor-koruptor yang merajalela. Aku
sangat menyukainya. Aku pun turut menyumpah.
Perkenalan
pertamaku dengan dunia organisasi mulai dari bergabung dengan lembaga pers
mahasiswa. Pikirku saat itu pasti keren bisa menyelinap di acara kampus hanya
dengan menunjukkan cocard pers. Selain itu memang dulunya aku senang
menjadi wartawan.
Berikutnya
atas ajakan temanku, aku bergabung dengan Hima jurusanku Bergabungnya aku
dengan Hima jurusanku kembali membuatku senang. Banyak kegiatan-kegiatan khusus
yang diagendakan. Aku mulai belajar menyelenggarakan event. Bagaimana
mempersiapkan sebuah pementasan. Itu sangat menarik. Kujalani kuliahku
bersamaan dengan dua organisasi itu. Memang lelah, tapi semangatku masih besar.
Aku bangga aku bukan mahasiswa yang pasif, mungkin aku aktivis. Walaupun aku
tak tahu apakah aku sudah keren aku belum. Aku masih sangat ingat sampai di sini.
Tepat
di pembukaan semester 4 kuliahku kuputuskan untuk bergabung dengan BEM
fakultasku. Bukan tanpa pikiran yang matang, melainkan sudah kupikirkan
berkali-kali. Lewat obrolan tak sengaja dengan kakak tingkatku yang telah lebih
dulu masuk di BEM aku jadi sedikit tahu serba serbi mahasiswa yang sedikit lain
jika dibandingkan dengan apa yang aku alami selama ini. Mas Eko namanya, aku
ingat betul.
Dalam
obrolan kita yang hampir 45 menit itu dia berjanji akan memberitahuku tentang
hal-hal yang belum kutau itu, misal tentang politik kampus. Aku benar-benar
penasaran. Atas dasar itu aku bertekad untuk tau lebih banyak. Namun tetap ada
satu pikiran yang membuntutiku. Dengan dua organisasi saja aku tak ada waktu
untuk main seperti teman-temanku kebanyakan. Selalu pulang ketika teman-teman
yang lain sudah tertidur. Jika di tambah satu lagi, bisakah aku membagi waktu? Namun
saat itu pikirku aku pasti bisa!
Semester
4 kujalani dengan tetap optimis. Semangat tetap kupertahankan walau sebenarnya
lelah. Di semester awal dulu aku sangat anti namanya bolos kuliah, namun
sekarang itu menjadi hal yang tak terlalu berarti. Mulai dari mengikuti
kegiatan mahasiswa, hingga bolos sendiri karena merasa lelah. Dan beberapa kali
tidak berangkat karena tugas belum selesai.
Awalnya
aku hanya berurusan dengan kelelahanku sendiri. lama-lama aku mulai bingung
karena jadwal kegiatan yang saling bertubrukan. Sampai di pertengahan semester
aku seperti kehabisan semangat. Aku jadi malas berkegiatan. Setiap ada kegiatan
aku lebih memilih menghindar, atau izin lalu bersantai-santai di kos. Aku mulai
muak dengan tanggung jawab yang memang masih seharusnya kupegang. Dan aku baru
ingat saat itu ip ku berangsur menurun. Dan nilai KHS ku dua mata kuliah yang
kosong.
Puncaknya
adalah malam.
*Sely Indra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar