Nyaris
pukul 14.00 (Jum’at 1/11) di ruang seminar PLA lantai 3 beberapa panitia masih
disibukkan untuk menyiapkan peralatan kegiatan, sementara ruangan masih lengang
dari peserta. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Tengah Tahun, sedianya
dilaksanakan pukul 13.00. bahkan kesalahan cetak pada undangan, membuat acara
tertulis pukul 07.00. Hal ini diungkapkan oleh sejumlah peserta.
Ayu
Habibah, ketua Limlarts misalnya, dia mengatakan undangan tertulis pukul 07.00
“Iya di undangan ditulisnya pukul 07.00, sedangkan tadi ada ralat pukul 13.00, eh ternyata
molor juga sampai pukul 14.00. Mana nggak ada pemberitahuan lagi, tapi
ya aku seneng aja, karena tadi LPJ juga masih belum kelar,”
ujarnya tertawa.
Terkait
mundurnya acara direspon oleh Wulan, ketua Komisi B DPM. “Oh ada kesalahan
surat ya? Karena dari awal rencananya emang siang. Kalau masalah
terlambat, ya ini sudah biasa meskipun sebenarnya tidak boleh dibiasakan.
Banyak mahasiswa yang datang terlambat, tadi juga sempat ada misskomunikasi
dengan petugas, sehingga ruangan ini nyaris dipakai rapat dosen.”
Selain
soal keterlambatan acara, Rony, ketua HIMA PBSI juga menyoroti pelaksanaan
kegiatan yang terkesan dipaksakan. Dia menilai bahwa acara ini terlalu terlambat
jika dikatakan sebagai LPJ tengah tahun, mengingat dua bulan lagi, Sidang Umum
(SU) sudah akan dilaksanakan.
Menanggapi
hal ini, Wulan mencoba memberikan klarifikasi. “Memang seharusnya di tengah
tahun, tapi kondisi tidak memungkinkan, temen FOM belum siap. Lagian
kalau ini ditiadakan dan langsung SU, itu nggak
mungkin. Pada akhirnya kami memang mendapat kritik, tapi ini sidang vital kalau
di SU kan hanya BEM dan DPM. Persiapan udah lama kurang lebih 1 bulan.”
Acara
ini diawali dengan pembukaan, dilanjutkan dengan presentasi LPJ dari perwakilan
Ormawa, dan dilanjutkan dengan penutup. Sayangnya, dalam acara ini, Hafian
Fuad, selaku ketua DPM berhalangan hadir. Hadir dalam acara ini wakil Dekan
III, Kun Setyaning Astuti, yang dalam sambutannya sangat mengapresiasi
teman-teman Ormawa.
Pada
sesi tanya jawab, BEM dan DPM menuai banyak kritik. Rony misalnya, yang
mengkritisi tidak dibuatnya matriks Proker besar bersama sebagaimana yang sudah
dijanjikan oleh DPM. Selain itu, dia juga mempertanyakan visi dan misi BEM,
ketercapaian Proker, dan sinergitas Ormawa.
Kritik
terhadap penyelenggaraan acara ini, tampaknya juga berasal dari teman-teman
Ormawa yang lain. Ami dan Ayu dari KMSI mengungkapkan bahwa selain molor, acara
di dalam juga kurang kondusif, beberapa esensi dari kegiatan ini tidak sampai
kepada mereka. Ditanya mengenai harapan dengan diadakannya acara ini, dia
menjawab singkat “Semoga saling bisa bertukar pendapat agar realisasi berjalan
lancar.”
Hal
berbeda diungkapkan oleh Rinrin Oktaviani, PSR 2011. Dia juga menyoroti waktu
yang tidak efektif di jam kuliah, terlalu mengulur waktu. Dia juga menanyakan, mengapa tidak
mempertimbangkan hari Sabtu? Selain itu konsep acara menurutnya juga kurang
jelas, antara formal dan tidak formal. Berbagai kekurangan ini dinilai Rinrin
sebagai tidak responsifnya panitia untuk belajar dari pengalaman, yaitu ketika
sosialisasi Proker dulu. Selain itu dia juga merasa SR dianaktirikan. “Undangan
dan format Senin, itu mendadak. Seni Rupa kayak dianaktirikan, entah mengapa.”
Meski
demikian, Wulan selaku penanggung jawab acara mengaku target peserta terpenuhi.
“Iya, target peserta kan lima belas kali lima, tujuh puluh lima. Udah, 85% mencapai target. Pertanyaan
sudah kritis, yang artinya tujuan diadakannya acara ini benar-benar
dimanfaatkan. Meskipun terlambat, dua bulan ini bisa jadi evaluasi untuk lebih
matang. Yang penting, terdapat adanya sinergitas,” tutupnya. (Adet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar