oleh Echa
Pernahkah
merasa begitu jauh dengan sesuatu yang sesungguhnya sangat dekat, atau sangat
sepi padahal ketika itu dunia sedang ramai dengan manusia-manusianya yang
kepanasan. Entah sebab apa, tetapi itulah yang terjadi.
Tetapi
suatu hari, bukan! Sore itu, ketika
kanvas alam digelar, tinta-tinta disiapkan, seniman alam akan membuat karya
seninya yang Maha Mengagumkan. Dia membuat bola merah besar di ujung biru pekat
di sebelah barat, mulai membuat titik-titik terang di tiap sudut di dalam
kanvas. Gemintang berbinar kemilau, barulah sentuhan akhir menggantung si perak
di tengahnya. Si perak yang melengkung dengan sinarnya yang pucat, si perak
yang mirip sekali dengan kuku kaki itu sangat mengagumkan.
Dibalik
cahaya yang dibuat temaram oleh penciptanya itu, pelan-pelan berjalan seseorang
berawak tak tinggi tak pula pendek. Pelan sekali, bukan karena sakit di kaki,
tetapi pelan yang disengaja. Sekilas terlihat wajahnya yang tirus sangat dan
berwarna langsat, matanya tajam tapi mengisyaratkan kekosongan. Dia terus saja
berjalan tanpa tahu apa dan bagaimana sekitarnya memperhatikan langkah itu,
tanpa tahu ketika sepasang mata menatapnya aneh, mungkin pula bingung, mungkin
pula bertanya mengapa?
Pernahkah
Anda kehilangan? Apa saja? Saya jawab YA! Semua pernah! Tetapi pernahkah Anda
semua kehilangan sesuatu yang begitu dekatnya dengan Anda semua, tetapi sama
sekali Anda tidak pernah sadar dan tidak pula mencarinya.
Orang
itu, yang berjalan tanpa peduli itu, mata tajamnya bercerita dia sedang mencari
yang hilang. Bukan sesuatu tetapi seseorang, seseorang yang sangat dekat, dan dia
sadar itu. Sesekali dia melihat langit dan mencari adakah seseorang itu di dalamnya,
di dalam kanvas indah itu.
Di
sisi lain sesuatu yang abstrak menyuarakan sesuatu yang abstrak pula. Katanya,
“terkadang seseorang kehilangan aku dan memakai topeng menjadi orang lain.
Kemudian dengan sesal yang penuh dia membukanya di dalam gelap. Begitu lama
orang itu kehilangan aku, dia lelah, sangat lelah. Tetapi dia tidak diam, dia
pergi mencari, mencari aku di mana-mana, di jalan, di selokan, di laut, di langit,
bahkan di tiap langkah yang dibuat olehnya. Namun, belum juga dia menemukan
aku, padahal aku begitu dekat.
Anda
semua memiliki aku, tetapi sebagian Anda membuang aku. Coba tengok dia yang
begitu keras mencari aku. Sungguh Anda semua telah mengenal aku dengan baik,
tetapi memilih membuang aku dengan santai. Lihatlah orang itu, dia yang di dalam
kisah sedang berjalan, begitu tampak dia terpaksa memakai topeng. Sementara Anda
semua penuh kesediaan dengan itu, ironisnya Anda semua begitu menikmati.
Sesuatu
yang abstrak terus berkata-kata, seseorang di tengah temaram itu terus saja
berjalan, langkah demi langkah dia perhitungkan, semuanya. Dia merasa takut
akan salah menuju, dia terus saja berjalan tetapi dengan penuh kehati-hatian.
Dia tetap saja tidak merasa jalan-jalan bising memperhatikannya, dengung
kendaraan mengejeknya, debu jalan bahkan lebih jahat, melekati tubuhnya yang
mulai gontai, membuat dia menjadi kumal dan barbau pekatnya hari.
“Dia
tampak sangat lelah mencari, tetapi dia melanjutkannya. Apakah Anda semua akan
melakukan hal yang sama pula seperti dia yang berjalan itu?”
Aku
di dalam dirinya menangis, aku di dalam diri Anda semua menangis, memohon untuk
dijemput, setidaknya cobalah mencariku seperti yang dilakukan dia yang berjalan
itu. Tetapi kalian tidak! Kalian memilih topeng busuk, berekspresi busuk.
Sungguh aku tidak pernah hilang, tidak ingin hilang, tetapi kalian membuang.
Bagaimana kalian akan hidup hingga akhir dengan topeng busuk.
Dia
yang berjalan itu begitu ketakutan dan terus mencari, tetapi Anda semua tidak
melakukan apa pun. Dia yang berjalan itu begitu tersiksa terpaksa, tetapi
sebagian Anda semua justru memilih menjadi orang lain. Kalian mengenal aku,
tetapi mengapa begitu sulit mengaku. Akulah Si Jati diri, bukan orang lain, dan
bukan topeng busuk. Aku memohon cari dan kenalilah, aku ada di sudut kanvas
biru pekat, juga ada di sudut gumpalan merah pekat dibalik rongga dada sedang
menangis(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar