Perpustakaan ibarat jantung bagi
seorang manusia, sedangkan kumpulan pustaka adalah aliran darah yang mambuat
jantung masih bisa berdetak. Demikianlah perpustakaan tanpa buku, dia akan menjadi
suri. Perpustakaan ini terletak berdekatan dengan pintu masuk Gedung Kuliah 1 (GK
1). Di sinilah mahasiswa bertandang ketika mereka mencari referensi. Sekilas
tak ada yang salah dengan perpustakaan FBS, namun berdasarkan pengakuan
beberapa mahasiswa mereka lebih sering menjumpai koleksi skripsi yang berderet rapi
di rak-rak lemari di bandingkan buku-buku teoretis yang dibutuhkan oleh mereka.
Keluhan mahasiswa ini cukup beralasan, mengingat setiap tahun mahasiswa yang
akan lulus dipungut dana pengadaan buku. Menurut data yang diperoleh dari Wildan
alumni mahasiswa PBSI FBS UNY, setiap mahasiswa yang akan lulus diwajibkan membayar
dana dengan rincian sebagai berikut: sumbangan
buku FBS sebesar Rp20.000,-perpustakaan
UPT Rp27.000, IKA Rp50.000, pelepasan Rp100.000, wisuda Rp400.000. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Amy, Kunti, serta Tiko.
Mengenai dana yang dibayarkan mahasiswa
sebesar Rp20.000,- untuk perpustakaan FBS
,Wakil Dekan I membenarkan hal tersebut. Namun, mengenai dana untuk perpustakaan
UPT, Dr. Widyastuti Purbani, M.A mengaku
terkejut karena tidak mengetahui tentang dana ini “Loh, itu yang Rp27.000 apa,
adanya Rp20.000. Saya malah kurang tahu, kalau UPT pusat juga (menarik dana dari
mahasiswa –red).”
Menurut
Subag Keuangan rektorat, mereka tidak mengetahui tentang dana perpustakaan, karena
mereka lebih mengelola dana pelepasan sebesar 100.000,- yang dibayarkan mahasiswa
melalui Bank. Dana Fakultas menjadi kebijakan di fakultas masing-masing. Begitupun,
ketika Subag Keuangan FBS dikonfirmasi. Mereka mengaku tak terlalu paham
tentang perincian anggaran tersebut.
Terkait hal ini, ibu WD 1 menjelaskan “Pengadaan
buku tadinya per jurusan diberi 5 juta,
namun setelah adanya revisi, maka disepakati bahwa dana pengadaan buku yang
dicairkan adalah sejumlah mahasiswa yang lulus pada saat itu. Jadi jurusan mengajukan
proposal yang berisi data, buku apa saja yang akan dibeli, kemudian proposal
itu diserahkan ke fakultas, fakultas yang akan memprosesnya ke universitas,
lalu setelah dari universitas dana cair, maka fakultas mengelola dana tersebut
dengan membelikan buku yang dibutuhkan”
Hal ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan, Dr. Maman Suryaman, Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(PBSI) “Saya tidak mengetahui tentang dana itu, saya lebih mengurusi masalah jurusan
dengan mengajukan daftar buku apa saja yang dibutuhkan ke Fakultas setiap tahun,
lalu biasanya semua daftar buku-buku yang diminta dapat terealisasikan semua asal
tidak melebihi anggaran yang ditentukan oleh fakultas. Namun biasanya, dana buku
yang diberikan fakultas hanya sekitar 5 juta rupiah ditambah sumbangan buku dari
para alumni UNY, namun kemungkinan tahun ini anggaran khusus untuk buku-buku perpustakaan
akan diperkirakan menurun terkait dengan masalah UKT, bias saja anggaran buku menurun
menjadi 2 juta rupiah. Tetapi sebelumnya, jurusan juga harus mengajukan
proposal ke fakultas. Fakultas mempunyai anggaran tetap untuk pengadaan buku perpustakaan
fakultas, sedangkan buku yang di jurusan (untuk bahan ajar) biasanya hasil dari pemikiran dosen sendiri
(buku-buku yang biasanya ditulis dosen seperti jurnal,dll) rincian mata anggaran
dana terkait dengan pengadaan buku bisa menanyakan ke WD 2”, katanya.
Waliantoro, A.Md, Kepala Pustakawan FBS
turut angkat bicara “Mengenai mekanisme pembeliannya sendiri, ada kebijakan dari
fakultas kepada masing-masing jurusan untuk pengajuan buku-buku yang
dibutuhkan. Lalu dibelanjakan oleh fakultas, biasanya setiap tahun diadakan pembelajaan
buku perpustakaan” jelasnya.
Sayangnya,
mahasiswa masih banyak yang mengeluh walaupun
sudah ada pemberian anggaran dari fakultas “Menurut saya koleksi buku-buku perpustakaan
masih sangat kurang terutama buku-buku linguistik sama teori pembelajaran” keluh
Bekti, mahasiswi PBSI 2010.
Menanggapi
hal ini Wakil Dekan I menambahkan “Sebenarnya
pihak fakultas ingin menata ulang perpustakaan fakultas dengan memperluas lahannya
dan menambah koleksi buku-bukunya tapi terkait dengan minimnya dana dari universitas
serta kegamangan identitas perpustakaan yang masih belum jelas antara sistem sentralistik
atau desentralistik sehingga niat tersebut tidak bisa direalisasikan karena kebijakan
dananya masih tergantung universitas” tutur Widyastuti.
Beliau juga mengatakan bahwa dana
pengadaan buku tidak hanya dianggarkan untuk buku-buku yang disimpan di
perpustakaan saja, melainkan juga buku-buku ajar yang disimpan di jurusan.
Untuk itulah, pihak fakultas akan meninjau ulang pengaturan ini, sehingga
pengadaan buku benar-benar bisa memenuhi harapan mahasiswa.
Hingga
saat ini belum ada satu pihak pun yang bisa memberikan klarifikasi yang jelas
mengenai dua pungutan dana pengadaan buku di dua tingkat yang berbeda. Pihak
fakultas mengklaim hanya mengetahui dana pengadaan buku sebesar Rp20.000,-
sedangkan kenyataannya mahasiswa juga ditarik dana untuk UPT Pusat. Beberapa
mahasiswa meminta adanya transparansi yang jelas. Selain itu, pihak fakultas
juga diminta melakukan survey mengenai kebutuhan buku mahasiswa, sehingga pengadaan
buku benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dan tepat sasaran. (Indah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar