Label

Jumat, 10 Agustus 2012

ADAKAH DI SUATU TEMPAT, APA PUN ITU YANG MELEBIHI KESEDIHAN?


Oleh: Mawaidi D. Mas
Secara gamblang ketika pertanyaan itu dihidangkan di depan orang-orang, jawaban yang diperoleh adalah hal-hal yang bersifat personal dan konvensional, seperti menangis, merutuk, marah, sakit, gila, dan mengakhiri hidup—bunuh diri.
Tom Hansen, seorang lelaki dari Margate, New Jersey tokoh utama dalam film 500 Days Of Summer, ia meyakini bahwa tidak pernah merasa bahagia. Dan keyakinan itu terbentuk karena mendengarkan lagu pop sedih Inggris dan salah persepsi terhadap film The Graduate. Dalam perjalanan hidup Tom Hansen, ia bertemu seorang gadis cantik bernama Summer Finn dari Shinnecock, Micighan. Tom Hansen menyukai Summer Finn. Dan Tom Hansen menganggap Summer Finn adalah kekasihnya. Namun dari pada itu, Summer Finn meskipun menyukai (bahkan keduanya pernah melakukan seks dalam kamar mandi) Tom Hansen, tetap saja ia tidak akan menganggap hubungan dengannya sebagai hubungan yang serius atau diberi istilah pacaran. Terjadilah kegelisahan dalam hati Tom Hansen, apa artinya ciuman Summer Finn? Apa artinya tubuh Summer Finn?
Itulah kesedihan yang pertama. Yang kedua, dalam film Malaikat Tanpa Sayap tokoh utama bernama Fino yang semraut dengan keadaan keluarga yang miskin, ayah-ibunya cerai, adik kandungnya kecelakaan, dan pacarnya yang sakit kanker jantung. “Dalam hidup, nggak ada jaminan buat terus hidup bahagia. Nggak ada kepastian buat apa pun. Setiap orang bisa keluar dari kotak rasa nyamannya.” Kata hati Fino.
Barangkali orang-orang terdekat kita, saya dan Anda pernah mengalami kesedihan dan sangat “menggalau” sekali kesedihan itu. Seolah-olah sebuah perjuangan, harapan dan doa yang dipanjatkan oleh kita nihil. Baik dalam hal bisnis, pendidikan, hidup, kuliah, cinta, dan sebagainya. Dan betapa kesedihan itu usianya amat panjang dijalani. Bahkan, bisa jadi dalam keadaan seperti itu masih banyak masalah yang bertubi datang, seakan tidak ada kasih sayang dari Tuhan.
Motif dan ragam yang melatarbelakangi munculnya kesedihan terjadi secara batin kemudian muncul sebagai gejala yang zhahir. Faktor dari dalam diri seseorang sangat kuat menyimpan kesedihan dan membentuknya menjadi gundah-gulana, remuk-redam, carut-marut.
Andai kesedihan itu bisa dilukiskan melalui kanvas—yang mungkin diberi nama kanvas kesedihan—kemudian si subjek akan memberikan bukti atas kesedihannya itu kepada si objek. Bukan apa-apa sebenarnya, agar si objek tahu tentang keadaan hatinya yang sebenarnya. Namun apa daya, ingin hati memeluk gunung dan apa daya tangan tak sampai. Manusia pada hakikatnya diberi kelebihan dan kekurangan dan tak dipungkiri manusia ditempeli keterbatasan.
Keterbatasan itulah yang mengekang keinginan, harapan, jiwa manusia ketika hendak melakukan perbuatan (yang) agar kesedihan itu dapat diatasi dan terleraikan. Namun, lagi-lagi manusia diliputi keterbatasan. Manusia tidak bebas.
Manusia antara keterbatasan dan kebebasan merupakan siklus waktu yang saling bergesekan. Persepsi manusia yang dibatasi dan dikekang jalan keluarnya agar ia bebas adalah satu: merasa jiwanya tidak terkekang dan bebas. Itu saja. Jika diri kita dikekang oleh sesuatu yang mengakibatkan tertundanya meleraikan kesedihan maka perbuatlah jiwa dalam diri manusia menjadi bebas. “Hanya jiwa yang bebas saja yang menganggap dirinya tidak terkekang. Dan hanya jiwa tidak bebas saja yang merasa dirinya selalu dikekang.”
Kesedihan oh kesedihan: ia begitu indahnya dan begitu mengerikan. Andai dan andai hati yang mengalami kesedihan ini kita hadapkan ke wajah samudra atau laut yang luas, walau dikuras hingga berkali-kali dan dijejali apa pun bertubi-tubi, tetap saja yang namanya lautan akan menampung segala yang terbuang. Begitu pula dengan hati jika hanya dihadapkan pada segelas air maka ia akan tumpah dan meluap bila ada benda yang lebih besar dicelupkan.
Bila ada yang bertanya dan yang bertanya itu adalah orang di antara sekian yang mengalami kesedihan, “Adakah di suatu tempat, apa pun itu, yang melebihi kesedihan?” Tentu. Iya, tentu saja ada, yaitu bersyukur.

Tidak ada komentar: