Label

Selasa, 30 April 2013

MACAPATAN, PROSESI MENJELANG DEKLARASI

Para mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah (PBD) tengah menembangkan macapat (doc. Adet)

Pendopo Tedjo tampak riuh dengan suara tembang-tembang Jawa. Sekelompok orang berkerumun terlihat apik dengan batik, suasana terasa sakral. Itulah gambaran acara Macapatan yang diadakan pada Selasa malam (30/4). Macapatan merupakan salah satu rangkaian prosesi deklarasi hari lahir FBS sekaligus sebagai malam perenungan. Hal ini dipaparkan oleh Muhamad Wahyu Hidayat, selaku ketua panitia pelaksanaan Macapatan. 
       “Ini sebenarnya rangkaian sekaligus menyongsong deklarasi hari lahir FBS. ini (macapatan –red) sudah ada agenda dari fakultas, jadi bukan proker HIMA. Tapi sebenarnya Macapatan adalah proker jurusan dan sudah ada pentas pada bulan Maret lalu dan ini diadakan lagi.”

       Acara berlagsung khidmat dengan dimainkannya gending karawitan oleh mahasiswa Pedidikan Bahasa Daerah (PBD) 2012, dilanjutkan dengan sambutan oleh pihak dekanat. Selepas sambutan, acara diisi dengan Tari Puji Astuti oleh mahasiswa Pendidikan Seni Tari, dilanjutkan dnegan kegiatan inti, yaitu macapatan. 
       Ketika disinggung  tujuan dipilihnya macapatan dalam rangkaian deklarasi ini, Wahyu, yang juga Ketua Hima Jawa menuturkan “Jadi ini sebenarnya membedah Serat Endra Retna. Dari macapat tersirat refleksi untuk ke arah yang lebih baik. Ini memang disengaja karena macapat banyak memiliki nilai.”
      Hal senada juga diungkapkan oleh Wulan, salah satu perwakilan dari DPM “GA tahu konsep acara, surprise ternyata temanya Jawa banget. Bagus sih macapatan apalagi di Jogja, patut dilestarikan. Tanpa musik saja sudah keren.”
       Ketika ditanya mengenai pemahaman dan juga pandangannya mengenai kegiatan ini, dia pun menjawab dengan cukup antusias “Beberapa paham, seperti doa atau puji-pujian. Ada kata-kata tentang FBS jadi tidak murni macapatan tetapi sudah ada kreasi. Awalnya saya pikir cumin undangan ormawa, maka banyak kursi yang kosong. Tidak ada publikasi, dosen yang hadir juga gak terlalu banyak, karena ini rangkaian mungkin mereka lebih focus ke malam puncaknya.”
       Menanggapi hal ini, Wahyu menjelaskan “Kurang tercapai (jumlah orang yang hadir). Karena kuota kami itu tiga ratus orang. Mungkin karena ada dua agenda besar, yang satu pelepasan wakil rector di Hotel UNY, sehingga dari pihak dekanat pun dibagi dua.” Selain melakukan klarifikasi, terkait kegiatan ini Wahyu berharap “Kita sebagai orang Jawa berusaha nguri-uri kabudayan warisan leluhur kita. Kalau lihat kadang memang memboankan, tapi sebenarnya banyak nilai yang bisa diambil, banyak dosen di sini yang sukses karena mengkaji  macapat.” (Adet)

Tidak ada komentar: