Label

Rabu, 24 April 2013

SENGKARUT KEBIJAKAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS


Perpustakaan FBS sebagai jantung kultur intelektual mahasiswa, selama ini dinilai masih minim khasanah literer. Tak hanya itu, perpustakaan yang sedianya memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan referensi yang lebih detail mengenai bahasa dan seni, nyatanya tak memberikan bantuan yang sangat signifikan.

“Koleksi buku-bukunya minim, yang ada cuma koleksi skripsi dan jurnal itu juga cuma sedikit. Kalo perpus fakultas itu keadaannya kayak gini, kayaknya gak ada perpus fakultaspun gak papa deh” ujarAnez selaku mahasiswi PBSI UNY, Selasa (16/4).

Mengenai keluhan ini, Dr. Maman Suryaman, ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) kemudian menanggapi “Sebenarnya program pengadaan dana buku itu baru ada saat dua tahun ini, yaitu tahun kemarin dan tahun ini  yang belum dilaksanakan karena dana belum cair, tapi jurusan telah mengimplementasikan. Mengenai koleksi buku yang masih tetap saja koleksi lama, Jurusan malah tidak pernah tahu mengenai hal adanya regenarasi buku-buku, justru mahasiswalah yang harusnya mengontrol dan monitoring oleh alumni  juga, apakah benar koleksinya masih koleksi lama, atau mungkin saja buku-bukunya masih dipinjam dan belum dikembalikan itu masih harus perlu dicek lagi” terangnya.

Mengenai hal ini, Dr. Widyastuti Purbani, M.A selaku Wakil Dekan I juga angkat bicara. Beliau mengatakan, sebenarnya perpustakaan itu dulunya di universitas, tetapi karena jarak fakultas ke universitas jauh maka dibukalah perpustakaan fakultas, agar jangkauan mahasiswa ke perpustakaan lebih mudah

 “Sebelum ini, perpustakaan ada di fakultas, lalu ada sentralisasi, secara factual kita butuh buku di fakultas (pindah lagi ke fakultas –red). Maka, kampus sedang menata ulang apakah sentralistik atau desentralistik. Sebagai contoh sentralistik perpustakaan yaitu UI, di UI hanya ada satu perpustakaan sehingga bukunya terpadu. Sedangkan kita (fakultas-red), secara fasilitas tidak bisa memperbesar perpustakaan. Karena dana dan belum ada kebijakan dari pusat. Jadi yang fakultas lebih ke koleksi skripsi, jadi memang dana pembelian buku umum itu di universitas” papar beliau.

PIhak fakultas sangat mengharapkan, universitas mampu memberikan kebijakan yang jelas terkait dengan persoalan perpustakaan. Kejelasan kebijakan ini akan sangat terkait dnegan pembiayaan dan pengelolaan perpustakaan fakultas nantinya.

 “Selama ini (uang denda dari mahasiswa –red) hanya untuk perawatan. Maka sebenarnya. harus ada policy yang jelas, kalau dana sentralistik, perpus setengah-setengah, jelek, harus ada anggaran  yang jelas. Kalau akan memperbesar pengelolaan, sistem, perawatan, harus ada dana yang banyak. Harus di forum rapat kerja universitas (pembicaraan mengenai hal ini –red). Sedangkan dari universitas sendiri tidak ada anggaran, terutama sekarang program baru UKT (Uang Kuliah Tunggal) memberatkan dana fakultas, baru di tahun keempat agak longgar” ujar beliau.

Kebijakan sentralistik dan desentralistik ini pun menuai komentar para mahasiswa, sebut saja Bekti, mahasiswi jurusan PBSI angkatan 2010 ini mengatakan “Perpus fakultas itu pentinglah, karna menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan jurusan-jurusan yang ada di fakultas itu.. Jadi memudahkan mahasiswa dalam mencari buku-buku yang diperlukan juga. Kalau tidak ada perpus fakultas, apa perpus univ mampu menyediakan semua buku-buku yang diperlukan oleh mahasiswa semua jurusan? Perpus univ juga gak lengkap, namun demikian keberadaan perpus UPT juga perlu, terutama kalau kita butuh reverensi dari disiplin lain. Intinya dua-duanya perlu.Tapi khusus perpus fakultas harus bisa lebih mewadahi keperluan mahasiswa.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Anez, mahasiswi PBSI “Lebih suka ada perpustakaan fakultas sebenernya, tapi bukan perpus yang sekarang lho. Iya dong (lebih dekat cari sumber –red), tapi ya itu tadi koleksi nya harus lengkap juga. ya minimal mencukupi kebutuhan lah.

Dr. Widyastuti Purbani, M.A mengatakan, bahwasannya fakultas sangat mendukung iklim membaa mahasiswa, hanya saja beliau kembali menekankan bahwasannya kebijakan dari kampus pun juga mendukung “Kami sebenarnya sangat mendukung kultur baca mahasiswa yang baik, namun fakultas bahasa itu perlu didukung fasilitas yang baik, dan fasilitas yang baik juga perlu didukung policy yang baik” tegasnya.

Tidak ada komentar: