Label

Rabu, 24 April 2013

MENELUSUR ALIRAN DANA PENGADAAN BUKU


Perpustakaan ibarat jantung bagi seorang manusia, sedangkan kumpulan pustaka adalah aliran darah yang mambuat jantung masih bisa berdetak. Demikianlah perpustakaan tanpa buku, dia akan menjadi suri. Perpustakaan ini terletak berdekatan dengan pintu masuk Gedung Kuliah 1 (GK 1). Di sinilah mahasiswa bertandang ketika mereka mencari referensi. Sekilas tak ada yang salah dengan perpustakaan FBS, namun berdasarkan pengakuan beberapa mahasiswa mereka lebih sering menjumpai koleksi skripsi yang berderet rapi di rak-rak lemari di bandingkan buku-buku teoretis yang dibutuhkan oleh mereka. Keluhan mahasiswa ini cukup beralasan, mengingat setiap tahun mahasiswa yang akan lulus dipungut dana pengadaan buku. Menurut data yang diperoleh dari Wildan alumni mahasiswa PBSI FBS UNY, setiap mahasiswa yang akan lulus diwajibkan membayar dana dengan rincian sebagai berikut: sumbangan buku FBS sebesar Rp20.000,-perpustakaan UPT Rp27.000, IKA Rp50.000, pelepasan Rp100.000, wisuda Rp400.000. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Amy, Kunti, serta Tiko.

Mengenai dana yang dibayarkan mahasiswa sebesar  Rp20.000,- untuk perpustakaan FBS ,Wakil Dekan I membenarkan hal tersebut. Namun, mengenai dana untuk perpustakaan UPT,  Dr. Widyastuti Purbani, M.A mengaku terkejut karena tidak mengetahui tentang dana ini “Loh, itu yang Rp27.000 apa, adanya Rp20.000. Saya malah kurang tahu, kalau UPT pusat juga (menarik dana dari mahasiswa –red).”


 Menurut Subag Keuangan rektorat, mereka tidak mengetahui tentang dana perpustakaan, karena mereka lebih mengelola dana pelepasan sebesar 100.000,- yang dibayarkan mahasiswa melalui Bank. Dana Fakultas menjadi kebijakan di fakultas masing-masing. Begitupun, ketika Subag Keuangan FBS dikonfirmasi. Mereka mengaku tak terlalu paham tentang perincian anggaran tersebut.

Terkait hal ini, ibu WD 1 menjelaskan “Pengadaan buku tadinya per  jurusan diberi 5 juta, namun setelah adanya revisi, maka disepakati bahwa dana pengadaan buku yang dicairkan adalah sejumlah mahasiswa yang lulus pada saat itu. Jadi jurusan mengajukan proposal yang berisi data, buku apa saja yang akan dibeli, kemudian proposal itu diserahkan ke fakultas, fakultas yang akan memprosesnya ke universitas, lalu setelah dari universitas dana cair, maka fakultas mengelola dana tersebut dengan membelikan buku yang dibutuhkan”

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan, Dr. Maman Suryaman, Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) “Saya tidak mengetahui tentang dana itu, saya lebih mengurusi masalah jurusan dengan mengajukan daftar buku apa saja yang dibutuhkan ke Fakultas setiap tahun, lalu biasanya semua daftar buku-buku yang diminta dapat terealisasikan semua asal tidak melebihi anggaran yang ditentukan oleh fakultas. Namun biasanya, dana buku yang diberikan fakultas hanya sekitar 5 juta rupiah ditambah sumbangan buku dari para alumni UNY, namun kemungkinan tahun ini anggaran khusus untuk buku-buku perpustakaan akan diperkirakan menurun terkait dengan masalah UKT, bias saja anggaran buku menurun menjadi 2 juta rupiah. Tetapi sebelumnya, jurusan juga harus mengajukan proposal ke fakultas. Fakultas mempunyai anggaran tetap untuk pengadaan buku perpustakaan fakultas, sedangkan buku yang di jurusan (untuk bahan ajar)  biasanya hasil dari pemikiran dosen sendiri (buku-buku yang biasanya ditulis dosen seperti jurnal,dll) rincian mata anggaran dana terkait dengan pengadaan buku bisa menanyakan ke WD 2”, katanya.

Waliantoro, A.Md, Kepala Pustakawan FBS turut angkat bicara “Mengenai mekanisme pembeliannya sendiri, ada kebijakan dari fakultas kepada masing-masing jurusan untuk pengajuan buku-buku yang dibutuhkan. Lalu dibelanjakan oleh fakultas, biasanya setiap tahun diadakan pembelajaan buku perpustakaan” jelasnya.

Sayangnya, mahasiswa masih banyak yang  mengeluh walaupun sudah ada pemberian anggaran dari fakultas “Menurut saya koleksi buku-buku perpustakaan masih sangat kurang terutama buku-buku linguistik sama teori pembelajaran” keluh Bekti, mahasiswi PBSI 2010.

Menanggapi hal ini Wakil Dekan I menambahkan “Sebenarnya pihak fakultas ingin menata ulang perpustakaan fakultas dengan memperluas lahannya dan menambah koleksi buku-bukunya tapi terkait dengan minimnya dana dari universitas serta kegamangan identitas perpustakaan yang masih belum jelas antara sistem sentralistik atau desentralistik sehingga niat tersebut tidak bisa direalisasikan karena kebijakan dananya masih tergantung universitas” tutur Widyastuti.

Beliau juga mengatakan bahwa dana pengadaan buku tidak hanya dianggarkan untuk buku-buku yang disimpan di perpustakaan saja, melainkan juga buku-buku ajar yang disimpan di jurusan. Untuk itulah, pihak fakultas akan meninjau ulang pengaturan ini, sehingga pengadaan buku benar-benar bisa memenuhi harapan mahasiswa.
                                                                                                                   
Hingga saat ini belum ada satu pihak pun yang bisa memberikan klarifikasi yang jelas mengenai dua pungutan dana pengadaan buku di dua tingkat yang berbeda. Pihak fakultas mengklaim hanya mengetahui dana pengadaan buku sebesar Rp20.000,- sedangkan kenyataannya mahasiswa juga ditarik dana untuk UPT Pusat. Beberapa mahasiswa meminta adanya transparansi yang jelas. Selain itu, pihak fakultas juga diminta melakukan survey mengenai kebutuhan buku mahasiswa, sehingga pengadaan buku benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dan tepat sasaran.  (Indah)

Tidak ada komentar: